Kajian psikososial sastera
ANALISIS KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA
Pada NOVEL SEBUAH USAHA MELUPAKANKarya BOY CHANDRA
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah; Teori Sastra
Dosen Pengampu; Mulasih, M.Pd.
Oleh :
Syamsul Faqih : ( 40418025 )
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERTAS PERADABAN BUMIAYU
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji Syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT,atas karunianya.Sehingga makalah ini dapat saya selesaikan. Makalah ini merupakan syarat untuk melengkapi nilai tugas Mata Kuliah “Teori Sastra”. Keberhasilan makalah ini tidak lain juga disertai referensi-referensi serta bantuan dari pihak-pihak yang bersangkutan. Makalah ini juga masih memiliki kekurangan dan kesalahan,baik dalam penyampaian materi atau dalam penyusunan makalah ini. Penyusunan makalah ini juga dimaksudkan untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai materi ini.Sehingga kriitik dan saran yang membangun yang sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................................
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................
C. Tujuan..............................................................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Psikologi Sastra..............................................................................
B. Penelitian Psikologi sastra...............................................................................
C. Ruang Lingkup Psikologi Sastra......................................................................
D. Kegunaan Psikoanalisis Sastra ........................................................................
E. Penerapan Psikoanalisis Sastra........................................................................
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengantar Novel Sebuah Usaha Melupakan karya Boy Chandra................
B. Menganalisis Novel Sebuah Usaha Melupakan karya Boy Chandra............
C. Tentang Penulis Novel Sebuah Usaha Melupakan
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN..............................................................................................
B. SARAN…………………………………………………......……………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Novel merupakan salah satu jenis dari karya sastra prosa yang banyak digemari. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya judul-judul novel baru yang bermunculan. Penikmatnya pun semakin lama semakin banyak, mengingat banyak sekali judul-judul novel yang menyandang gelar “Best Seller”. Cerita yang diungkapkan beragam, mulai dari mengangkat tema percintaan, pendidikan, agama dan lain sebagainya. Saat ini, pengarang berlomba-lomba mengasah kreativitas dalam menciptakan sebuah novel yang memiliki kualitas. Kualitas sebuah novel sendiri salah satunya dapat dilihat atau diamati dari sisi unsur intrinsik dan ekstrinsiknya. Unsur-unsur intrinsik seperti tema, plot (alur), latar, sudut pandang pengarang, penokohan, gaya bahasa dan amanat yang terkandung dalam sebuah novel dapat dijadikan tolak ukur dalam menilai kualitasnya. Sedang dari sisi unsur ekstrinsik dapat dilihat dari pengaruh-pengaruh luar dari struktur novel sendiri seperti kebudayaan, agama, politik, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan pengarang.
Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu pengetahuan. Studi sastra memiliki metode-metode yang absah dan ilmiah, walau tidak selalu sama dengan metode ilmu-ilmu alam. Bedanya hanya saja ilmu-ilmu alam berbeda dengan tujuan ilmu-ilmu budaya. Ilmu-ilmu alam mempelajari fakta-fakta yang berulang, sedangkan sejarah mengkaji fakta-fakta yang silih berganti.Dengan perkembangannya ilmu tentang sastra, maka bukan hanya unsur-unsur yang terdapat di dalam sebuah karya sastra saja yang dapat dikaji atau analisis tetapi pada saat ini sastra juga dapat dikaji berdasarkan faktor-faktor yang berasal dari luar karya sastra itu. Faktor-faktor dari luar karya sastra salah satunya adalah psikologi sastra.
Psikologi turut berperan penting dalam penganalisisan sebuah karya sastra dengan bekerja dari sudut kejiwaan karya sastra, baik dari unsur pengarang, tokoh atau pembacanya. Dengan dipusatkannya perhatian pada tokoh-tokoh, maka akan dapat dianalisis konflik batin yang terkandung dalam karya sastra. Secara umum dapat disimpulkan bahwa hubungan antara sastra dan psikologi sangat erat hingga melebur dan melahirkan ilmu baru yang disebut dengan Psikologi Sastra.
Analisis Teori Psikologi Sastra yang dilanjutkan dengan Teori Psikoanalisis dan diaplikasikan dengan meminjam teori kepribadian ahli psikologi terkenal. Dengan meletakkan teori sebagai dasar penganalisisan, maka pemecahan masalah akan gangguan kejiawaan tokoh utama akan dapat dijembatani secara bertahap. Daya tarik psikologi sastra ialah pada masalah manusia yang melukiskan potret jiwa. Tidak hanya jiwa sendiri yang muncul dalam sastra, tetapi juga bisa mewakili jiwa orang lain. Setiap pengarang kerap menambahkan pengalaman sendiri dalam karyanya dan pengalaman pengarang itu sering pula dialami oleh orang lain.
Pendekatan psikologis adalah pendekatan yang bertolak dari asumsi karya sastra bahwa karya sastra selalu saja membahas tentang peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan manusia.Untuk melihat dan mengenal manusia lebih jauh perlu psikologi. Dalam pelaksanaan pendekatan psikologi dalam kajian sastra hanya dapat diambil bagian-bagian yang berguna dan sesuai dengan pembahasan sifat dan hal yang membahas tentang perwatakan manusia. Psikologi sastra merupakan kajian sastra yang pusat perhatiannya pada aktivitas kejiwaan baik dari tokoh yang ada suatu karya sastra, pengarang yang menciptakan karya sastra,bahkan pembaca sebagai penikmat sebuah karya. Hal tersebut dikarenakan karya sastra merupakan cerminan psikologis pengarang sekaligus memiliki daya psikologis terhadap pembaca.
Dalam makalah ini mengulas psikologi sastra dari sebuah novel yang berjudul Sebuah Usaha Melupakan karya dari Boy Chandra. Alasannya adalah karena novel yang berjudul Sebuah Usaha Melupakan dianggap memiliki tema cerita kisah yang menarik. Sebuah Usaha Melupakan menyajikan sebuah cerita tentang hubungan percintaan yang terputus karena jarak. Ketertarikan terhadap novel inilah yang akhirnya membuat penulis menjatuhkan pilihan untuk menganalisis dan mengulasnya ke dalam sebuah karya tulis dengan judul “Analisis Psikologi sastra pada novel yang berjudul Sebuah Usaha Melupakan”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat dirumuskan rumusan masalah dalam makalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kajian psikologi sastra?
2. Analisis psikologi sastra pada novel Sebuah Usaha Melupakan?
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui psikologi sastra.
2. Untuk mengetahui analisis novel Sebuah Usaha Melupakan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Psikologi Sastra
Psikologi secara sempit dapat diartikan sebagai ilmu tentang jiwa. Sedangkan sastra adalah ilmu tentang karya seni dengan tulis-menulis. Maka jika diartikan secara keseluruhan, psikologi sastra merupakan ilmu yang mengkaji karya sastra dari sudut kejiwaannya. Menurut Wellek dan Austin (1989:90), Istilah psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan pengertian. Yang pertama adalah studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi. Yang kedua adalah studi proses kreatif. Yang ketiga studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Dan yang keempat mempelajari dampak sastra pada pembaca (psikologi pembaca). Pendapat Wellek dan Austin tersebut memberikan pemahaman akan begitu luasnya cakupan ilmu psikologi sastra. Psikologi sastra tidak hanya berperan dalam satu unsur saja yang membangun sebuah karya sastra.
Psikologi sastra adalah analisis teks dengan mempertimbangkan relevansi dan peranan studi psikologi. Artinya, psikologi turut berperan dalam menganalisis sebuah karya sastra dengan bekerja dari sudut kejiwaan karya sastra tersebut. Langkah pemahaman teori psikologi sastra dapat melalui, pertama pemahaman teori-teori psikologi kemudian dilakuykan analisis terhadap suatu karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu menentukan sebuah karya sastra sebagai objek penelitian, kemudian ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap relevan. Ketiga, secara simultan menemukan teori dan objek penelitian.
Menganalisis sebuah karya sastra menggunakan pendekatan psikologi harus berlandaskan pada teori, konsep dan definisi dalam bidang sastra dan psikologi atau dikenal dengan psikoanalisis. Teori psikologi dan teori sastra harus saling mengisi. Psikologi turut berperan penting dalam penganalisisan sebuah karya sastra dengan bekerja dari sudut kejiwaan karya sastra, baik dari unsur pengarang, tokoh atau pembacanya. Dengan dipusatkannya perhatian pada tokoh-tokoh, maka akan dapat dianalisis konflik batin yang terkandung dalam karya sastra. Secara umum dapat disimpulkan bahwa hubungan antara sastra dan psikologi sangat erat hingga melebur dan melahirkan ilmu baru yang disebut dengan Psikologi Sastra.
Daya tarik psikologi sastra ialah pada masalah manusia yang melukiskan potret jiwa. Tidak hanya jiwa sendiri yang muncul dalam sastra, tetapi juga bisa mewakili jiwa orang lain. Setiap pengarang kerap menambahkan pengalaman sendiri dalam karyanya dan pengalaman pengarang itu sering pula dialami oleh orang lain. Dalam pelaksanaan pendekatan psikologi dalam kajian sastra hanya dapat diambil bagian-bagian yang berguna dan sesuai dengan pembahasan sifat dan hal yang membahas tentang perwatakan manusia. Psikologi sastra merupakan kajian sastra yang pusat perhatiannya pada aktivitas kejiwaan baik dari tokoh yang ada suatu karya sastra, pengarang yang menciptakan karya sastra,bahkan pembaca sebagai penikmat sebuah karya. Hal tersebut dikarenakan karya sastra merupakan cerminan psikologis pengarang sekaligus memiliki daya psikologis terhadap pembaca.
B. Penelitian Psikologi Sastra
Di Indonesia analisis tentang psikologi sastra sangat lambat perkembangannya hal ini disebabkan karena :
a. Psikologi satra seolah-olah hanya berkaitan dengan manusia sebagai individu, kurang memberikan peranan terhadap subjek transindividual, sehingga analisis dianggap sempit,
b. Dikaitkan dengan tradisi intelektual, teori-teori psikologis sangat terbatas, sehingga para sarjana sastra kurang kurang memiliki pemahaman terhadap bidang psikologin sastra,
c. Berkaitan dengan masalah yang pertama dan kedua , relevansi analisis psikologi pada gilirannya kurang menarik minat, khususnya dikalangan mahasiswa, yang dapat dibuktikan dengan sedikitnya skripsi dan karya tulis yang lain yang memanfaatkan pendekatan psikologi sastra.
Menurut Wellek dan Warren ( 1962: 81 ) menyatakan bahwa membedakan analisis psikologis menjadi dua macam yaitu studi psikologi yang semata-mata berkaitan dengan pengarang. Sedangkan studi yang kedua berhubungan dengan inspirasi, ilham, dan kekuatan-kekuatan supranatural lainnya. Pada dasarnya psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah yang kedua, yaitu pembicaraan dalam kaitannya dengan unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung didalam karya sastra. Tujuan psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya sastra. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa analisis psikologi sastra sama sekali terlepas denga kebutuhan masyarakat. Sesuai dengan hakikatnya, karya sastra memberikan pemahaman terhadap masyarakat secara tidak langsung.
Dengan penjelasan diatas maka penelitian psikologi sastra dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pertama, melalui pemahaman teori-teori psikologi kemudian dilakukan analisis terhadap suatu karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu menentukan sebuah karya sastra sebagai objek penelitian, kemudian ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap relevan untuk melakukan analisis.
C. Ruang Lingkup Psikologi Sastra
Mempelajari psikologi sastra sama halnya mempelajari manusia dari sisi dalam. Daya tarik psikologi sastra ialah pada masalah manusia yang melukiskan potret jiwa. Sebenarnya didalam karya sastra memiliki aspek-aspek kejiwaan yang sangat kaya, maka analisis psikologi harus dimotifasi dan dikembangkan secara lebih serius lagi. Tujuan psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya sastra. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa analisis psikologi sastra sama sekali terlepas denga kebutuhan masyarakat. Psikologi sastra sebagaimana dimaksudkan dalam pembicaraan ini adalah cara-cara penelitian yang dilakukan dengan menempatkan karya sastra sebagai gejala yang dinamis. Karya sastralah yang menentukan teori, bukan sebaliknya. Dengan mengambil analogi hubungan antara psikolog dengan pasien diatas pada dasarnya sudah menjadi keseimbangan antara karya sastra dengan teori. Ruang lingkup psikologi sastra adalah sebagai berikut :
1. Alam bawah sadar
Alam bawah sadar adalah bagian pikiran manusia yang tidak disadari keberadaanya, namun pengaruhnya sangat besar. Alam bawah sadar merekam dan menyimpan peristiwa baik yang menyenangkan maupun peristiwa buruk. Biasanya keluar dalam keadaan terdesak, terpaksa, ketakutan dan respon mendadak (reflek).
2. Alam pra Sadar
Alam pra sadar yaitu mengingat kembali kenangan-kenangan suatu peristiwa yang terjadi.Kondisi ini biasanya keluar dalam kondisi mengingat sesuatu berdasarkan benda, tempat maupun kejadian yang sama dengan yang pernah dialami oleh seseorang sebelumnya.
3. Alam Sadar
Alam sadar yaitu melakukan segala aktivitas dengan sadar. Biasanya dengan penginderaan langsung. Alam sadar adalah kondisi dimana seseorang melakukan sesuatu dengan kondisi sadar atau setiap kejadian yang terekam oleh otak secara langsung.
4. Id
Id merupakan komponen kepribadian yang hadir sejak lahir. Id didorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha untuk memenuhi semua keinginan dan kebutuhan. id adalah sumber segala energi psikis, sehingga komponen utama kepribadian. Id didorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha untuk kepuasan segera dari semua keinginan, keinginan, dan kebutuhan. Jika kebutuhan ini tidak puas langsung, hasilnya adalah kecemasan, id mencoba untuk menyelesaikan ketegangan yang diciptakan oleh prinsip kesenangan melalui proses utama, yang melibatkan pembentukan citra mental dari objek yang diinginkan sebagai cara untuk memuaskan kebutuhan.
5. Ego
Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani dengan nyata. Ego berusaha untuk memuaskan id dengan cara-cara yang nyata. Ego juga bisa diartikan sebagai suatu keinginan yang timbul dari diri seseorang.
Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas, yang berusaha untuk memuaskan keinginan id dengan cara-cara yang realistis dan sosial yang sesuai. Prinsip realitas beratnya biaya dan manfaat dari suatu tindakan sebelum memutuskan untuk bertindak atas atau meninggalkan impuls. Dalam banyak kasus, impuls id itu dapat dipenuhi melalui proses menunda kepuasan – ego pada akhirnya akan memungkinkan perilaku, tetapi hanya dalam waktu yang tepat dan tempat.
6. Super Ego
Superego adalah aspek kepribadian yang menampung semua moral cita-cita yang kita peroleh dari kehidupan sosial. Superego memberikan pedoman untuk membuat penilaian. Yang ideal ego mencakup aturan dan standar untuk perilaku yang baik. Perilaku ini termasuk orang yang disetujui oleh figur otoritas orang tua dan lainnya. Mematuhi aturan-aturan ini menyebabkan perasaan kebanggaan, nilai dan prestasi.
Superego bertindak untuk menyempurnakan dan membudayakan perilaku kita. Ia bekerja untuk menekan semua yang tidak dapat diterima mendesak dari id dan perjuangan untuk membuat tindakan ego atas standar idealis lebih karena pada prinsip-prinsip realistis. Superego hadir dalam sadar, prasadar dan tidak sadar.Maka dari itu timbullah interaksi dari ketiga unsur unsur diatas yaitu dengan kekuatan bersaing begitu banyak, mudah untuk melihat bagaimana konflik mungkin timbul antara ego, id dan superego.
Perilaku ini sering dilarang dan menyebabkan buruk, konsekuensi atau hukuman perasaan bersalah dan penyesalan. Superego bertindak untuk menyempurnakan dan membudayakan perilaku kita. Ia bekerja untuk menekan semua yang tidak dapat diterima mendesak dari id dan perjuangan untuk membuat tindakan ego atas standar idealis lebih karena pada prinsip-prinsip realistis. Superego hadir dalam sadar, prasadar dan tidak sadar.Maka dari itu timbullah interaksi dari ketiga unsur unsur diatas yaitu dengan kekuatan bersaing begitu banyak, mudah untuk melihat bagaimana konflik mungkin timbul antara ego, id dan superego.
7. Kompleks Oidipus
Kompleks oidipus merujuk pada suatu tahapan perkembangan psikoseksual pada masa ketika hasrat seseorang untuk secara seksual memiliki orang tua dengan jenis kelamin berbeda. Sehingga secara tidak langsung alam bawah sadarnya merekam kasih sayang orangtuanya kepada seseorang yang dia sayang. Biasanya terobsesi dari orangtuanya.
D. Kegunaan psikoanalisi sastra
Psikoanalisis dapat digunakan untuk menilai karya sastra karena psikologi dapat menjelaskan proses kreatif. Misalnya, kebiasaan pengarang merevisi dan menulis kembali karyanya. Yang lebih bermanfaat dalam psikoanalisis adalah studi mengenai perbaikan naskah, koreksi, dan seterusnya.Psikoanalisis dalam karya sastra berguna untuk menganalisis secara psikologis tokoh-tokoh dalam drama dan novel. Terkadang pengarang secara tidak sadar maupun secara sadar dapat memasukan teori psikologi yang dianutnya. Psikoanalisis juga dapat menganalisis jiwa pengarang lewat karya sastranya.
E. Penerapan Psikoanalisis dalam Sastra
Penerapan psikoanalisis dalam bidang seni, juga sastra, sudah dimulai oleh Freud sendiri. Karya-karya Sigmund Freud yang menyinggung bidang seni antara lain:
1. L’interpretation des Reves (Interpretasi Mimpi), terbit pertama kali tahun 1899. Ini adalah sebuah buku klasik yang menguraikan tafsir mimpi. Buku ini merupakan landasan teoretis paling mendasar mengenai hubungan antara psikoanalisis dan sastra. Tulisan Freud yang sering dipakai sebagai landasan teoretis adalah Trois Essais sur la Theorie de la Sexualite (Tiga Esai tentang Teori Seksualitas), terbit tahun 1962.
2. Delire et Reves dana la “Gradiva” de Jensen (Delir dan Mimpi dalam “La Gradiva” Karya Jensen. Terbit tahun 1906. Ini adalah karya paling jelas mengenai penerapan teori-teori psikoanalisis dalam karya sastra. Di sini Freud melakukan penelitian pada sebuah cerpen berjudul La Gradiva karya Jensen dan menemukan bahwa kepribadian tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian dalam cerpen itu sangat sesuai dengan teori-teorinya sendiri mengenai kepribadian manusia.
3. La Creation Litteraire et le reve Eveille (Penciptaan Sastra dan Mimpi dengan Mata Terbuka), sebuah esai yang terbit pada tahun 1908. Di sini Freud menemukan kemiripan antara proses penciptaan karya sastra pada sastrawan dengan kesenangan yang diperoleh anak-anak dalam permainan. Menurut Freud, “Penyair bertindak seperti anak-anak yang bermain, dan menciptakan dunia imajiner yang diperlakukannya dengan sangat serius, dalam arti bahwa penyair melengkapinya dengan sejumlah besar pengaruh, seraya tetap membedakannya dengan tegas dari realitas.” (footnote).
4. Un Souvenir d’enfance de Leonardo de Vinci (Kenangan Masa Kanak-kanak Leonardo da Vinci), terbit pada 1910. Di sini Freud menganalisis kepribadian Leonardo da Vinci dari biografi dan karya-karya seninya, termasuk menguraikan rahasia senyuman Monna Lisa. Dalam buku ini pula Freud memerkenalkan sebuah konsep penting yang berpengaruh dalam teori kebudayaan, yaitu konsep sublimasi.
5. Das Unheimliche (Keanehan yang Mencemaskan), terbit tahun 1919. Di sini Freud mengangkat sebuah efek atau kesan yang kerap dirasakan pembaca ketika menikmati karya sastra tertentu yang bersifat tragik atau horor, yaitu perasaan cemas, takut, atau ngeri. Meskipun perasaan yang mencemaskan itu muncul, anehnya pembaca tetap menyenangi dan menikmati karya sastra demikian.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengantar Novel Sebuah Usaha Melupakan karya Boy Chandra
Awalnya penulis ingin menulis buku-buku yang manis, tanpa rasa pahit seperti buku-buku penulis sebelumnya. Beberapa tulisan pembuka sudah ditulis dengan baik. Hingga suatu peristiwa yang tak bisa penulis jelaskan menimpanya, proses menulis buku sebuah usaha melupakan pun tak bisa penulis jalankan sesuai rencana semula. Bagi penulis, saat menulis buku ini adalah terapi menenangkan diri, penenang untuk seseorang yang pernah sekuat hati memperjuangkan, tetapi dilepas paksa kemudian.
Kamu tahu rasanya dikhianati? Seseorang yang kamu cintai sepenuh hati hanya menjadikanmu pengaman untuk membuatnya terbang lebih tinggi. Setelah ia tumbuh jauh, kamu pun dijatuhkan tanpa peduli. Kamu dibiarkan terbaring dalam penderitaanmu. Kamu merasa tiba-tiba hilang arah. Rencana-rencana yang kamu susun menjadi tak tertata lagi. Kamu benar-benar tak tahu harus berbuat apa waktu itu. Kamu ingin marah, benci, sedih, semua seolah tak terkendali, hingga akhirnya kamu menyadari dia bukan yang terbaik untuk memiliki hatimu. Apalah artinya segala yang penulis perjuangkan sepenuh hati, hanya membalas separuh hati. Apalah gunanya harapan yang penulis pertahankan, tetapi tak pernah dipertahankan.
Namun, hidup punya jalan tempuh sendiri. Semesta selalu paham siapa yang harus dicintai semestinya. Hanya saja semua butuh waktu. Tidak semua orang yang datang kehidup kita adalah dia yang benar-benar pandai mencinta. Beberapa hanya datang mengajarkan luka. Beberapa lainnya hanya datang untuk meninggalkan seberkas cerita.
Sebuah Usaha Melupakan memiliki tema cerita kisah yang menarik. Sebuah Usaha Melupaka menyajikan sebuah cerita tentang hubungan percintaan yang terputus karena jarak. Ketertarikan terhadap novel inilah yang akhirnya membuat penulis menjatuhkan pilihan untuk menganalisis dan mengulasnya ke dalam sebuah karya tulis
Sebuah usaha melupakan merupakan perenungan-perenungan perihal seseorang yang meninggalkan. Seseorang yang pergi lalu melahirkan benci. Seseorang yang akhirnya disadari hidup akan baik-baik saja tanpa dia. Bagaimana pun sedihnya kamu saat dipatah hatikan, kamu harus kembali bangkit dan memperjuangkan harapan. Kamu tidak boleh menyerah hanya karena seseorang yang kamu percaya ternyata tak benar-benar indah. Sesakit apapun perasaanmu saat dilukai kamu harus tetap menerima dirimu sendiri.
B. Menganalisis Novel Pada Sebuah Usaha Melupakan karya Boy Chandra
Psikologi sastra adalah analisis teks dengan mempertimbangkan relevansi dan peranan studi psikologi. Artinya, psikologi turut berperan dalam menganalisis sebuah karya sastra dengan bekerja dari sudut kejiwaan karya sastra tersebut. Langkah pemahaman teori psikologi sastra dapat melalui, pertama pemahaman teori-teori psikologi kemudian dilakuykan analisis terhadap suatu karya sastra.
Analisis psikologi sastra pada novel Sebuah Usaha Melupakan karya Boy Candra dapat dilihat dan dibuktikan sebagai berikut:
1. Alam bawah sadar
Alam bawah sadar adalah bagian pikiran manusia yang tidak disadari keberadaanya, namun pengaruhnya sangat besar. Biasanya keluar dalam keadaan terdesak, terpaksa, ketakutan dan respon mendadak (reflek).
Psikologi sastra alam bawah sadar dalam novel Sebuah Usaha Melupakan karya Boy Candradapat dilihat dari bukti berikut:
“...terkadang aku merasa takut saat menjalani semua ini denganmu. Saat kita sibuk dengan dunia kita... “ (Chandra, Boy 2016: 87).
Rasa takut tokoh “aku” datang secara reflek atau tiba-tiba karena kecemasannya.
“Andai bisa, aku tidak ingin mengenalmu sama sekali...” (Chandra, Boy 2016: 147).
“Saat keberanian itu muncul menggebu-gebu. Entahlah dari mana asalnya; yang aku tahu aku tak takut apapun, selain kehilanganmu...” (hal 152).
Keberanian dalam teks tersebut muncul tanpa disadari oleh tokoh “Aku”. Di dalam kalimat tersebut tokoh “aku” tidak menyadari perasaannya.
“pernah ada seseorang di masa lalu di sana seolah merasa takut, aku akan kembali terseret masa lalu yang kusut.” (hal. 286).
2. Alam Pra Sadar
Alam pra sadar yaitu mengingat kembali kenangan-kenangan suatu peristiwa yang terjadi.Psikologi sastra alam pra sadar dalam novel Sebuah Usaha Melupakan karya Boy Candradapat dilihat dari bukti berikut:
“Aku kembali mengingat hari lalu tentang kamu dan aku. Tentang hal-hal yang belum kita sepakati sebagai cinta. Aku pernah jatuh cinta kepada seseorang dengan teramat dalam. Hingga aku membiarkan diriku tenggelam dalam hal yang pelan-pelan membunuhku.” (Chandra, Boy 2016: 47).
Pada kalimat ini, penulis mengingat kembali hari tentang kejadian yang pernah penulis lalui.
“Beberapa bulan lalu aku bertemu dengan salah satu editor dari penerbit yang menerbikan buku-bukuku. Kami duduk berdua menghabiskan petang hari dengan kopi dan berbagai cerita. Entah sebab apa, kami berdua seperti dua orang yang sudah kenal lama. Begitu akrab. Dan bahkan tidak segan mengatakan apa saja yang sedang ku rencanakan.” (Chandra, Boy 2016: 139).
“...tak bisa ku bunuh mati. Berkali-kali kau mencoba berlari, lalu tersadar kau tak pernah benar-benar bisa pergi. Sebab yang kau bawa hanyalah tubuh dan pikiranmu saja. Perasaan dan hatimu menetap pada seseorang yang selalu kau rindu...” (Chandra, Boy 2016: 230).
3. Alam Sadar
Alam sadar adalah kondisi dimana seseorang melakukan sesuatu dengan kondisi sadar atau setiap kejadian yang terekam oleh otak secara langsung.
Penerapan psikologi sastra alam sadar dalam novel Sebuah Usaha Melupakan karya Boy Candra dapat dilihat dari bukti berikut:
”sejak memilihmu aku belajar untuk percaya. Meski banyak hal terkadang mencoba membuat ragu. Namun aku paham, aku sudah menempatkanmu menjadi orang terpenting dalam hidupku. Seseorang yang dengan sungguh-sungguh kucintai.” (Chandra, Boy 2016: 67).
”kita harus melakukan tanggung jawab kita masing-masing. Kamu akan sibuk dengan pekerjaanmu, aku pun akan sibuk dengan kegiatanku.” (Chandra, Boy 2016: 75).
“Hubungan ini mengajarkan kita untuk menjadi mandiri. Saat aku butuh kamu, aku harus melakukannya sendiri. Begitu pun kamu, saat kamu butuh lenganku, kamu pun harus melakukannya sendiri.” (Chandra, Boy 2016: 76).
“Aku harus mampu menenangkan kecemasanku. Aku harus mampu belajar bahwa kenyataan kini sedang memporakporandakan pertahanan yang ku bangun.” (Chandra, Boy 2016: 144).
“Sekian kali kuyakinkan diri. Mencoba menerka apa yang sebenarnya terjadi. Bercermin untuk mengetahui salah diri. Namun, tak ada yang mampu aku cerna. Kita belum baik-baik saja.” (Chandra, Boy 2016: 160).
“Hidup baru ternyata memang lebih jauh lebih bahagia. Sedih dan rasa sakit yang kamu bekaskan, ku telan sudah. Pahitnya menjadi semangat baru.” (Chandra, Boy 2016: 164).
Penulis menyadari bahwa kebahagiaan tidak selamanya dengan orang yang dicintai. Penulis dapat merasa bahagia dengan melepas orang yang membuatnya resah.
“Kau katakan padaku. Bahwa pada kenyataannya, akulah seseorang yang harus dibuang. Seseorang yang ternyata tak kau anggap sebagai pemenang.” (Chandra, Boy 2016: 176).
“...Cintamu terlambat kamu sadari. Kini aku sudah menjalani hidup baru. Aku sudah belajar dibahagiakan oleh orang yang baru. Dan kupastikan tak akan meniru sikapmu dulu...” (Chandra, Boy 2016:. 205).
“...Aku hanya tidak ingin kamu terluka sebab patah hatiku yang belum mampu kuselesaikan dengannya. Maaf aku belum mampu mencintaimu seperti inginmu. Aku masih ingin menenangkan hati sebab luka yang terasa teramat pilu.” (Chandra, Boy 2016: 211).
“Dan kini sudah saatnya aku menyadari satu hal. Aku ternyata benar-benar telah kehilanganmu. Kamu bukan lagi seseorang yang menjadi bagian hidupku...” (Chandra, Boy 2016: 217).
“mau tidak mau, percaya tidak percaya, kini aku memang harus menerima kenyataan. Kamu bukan lagi orang yang layak kuperjuangkan.” (Chandra, Boy 2016: 218).
“Aku hanyalah orang yang mencoba membiasakan diri tanpamu. Menjadi orang lain...” (Chandra, Boy 2016: 223).
“sebab aku mencintaimu, aku ingin terus menulis. Kelak, aku dan kau akan tua, aku tak ingin semua kebersamaan denganmu sia-sia. Pada saat mataku tak begitu jelas lagi membaca, telingaku tak sebaik hari ini, kau dan aku bisa meminta seseorang membacakan hal-hal yang pernah kutulis perihal kamu, tentang betapa dalamnya aku tenggelam dalam matamu. Tentang upaya kita tetap bertahan dalam sedih. Tentang segala sesuatu yang pedih kita kembalikan untuk pulih.” (Chandra, Boy 2016: 301).
Pada kalimat ini keinginan penulis agar tetap menulis sesuai yang dicita-citakan dan impikan.
4. Id
Id merupakan komponen kepribadian yang hadir sejak lahir. Id didorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha untuk memenuhi semua keinginan dan kebutuhan.
Penerapan psikologi sastra id dalam novel Sebuah Usaha Melupakan karya Boy Candra dapat dilihat dari bukti berikut:
“aku selalu membayangkan kelak saat aku menulis buku. Ada seseorang yang menyediakan makanan untukku...” (Chandra, Boy 2016: 13).
“….. dia miliki tidak lebih besar daripada keinginannya bersamamu sampai nanti. Itulah mengapa kamu harus sadar diri. Kamu bukan hal yang benar-benar penting baginya...” (Chandra, Boy 2016:62).
“Denganmu aku ingin menua dan menemukan akhir dari usia. Denganmu ingun kuhabiskan segala hal yang tersisa. Memperjuangkan apa pun yang ingin kita punya...” (Chandra, Boy 2016: 85).
“... dia hanya punya ambisi yang pelan-pelan akan menghabisi. Agar dia tahu, kau adalah jantungku...” (Chandra, Boy 2016: 227).
“aku akan mencoba melupakanmu. Meski setiap kali kalimat itu kukatakan ada bahagia yang hilang dari dadaku...” (Chandra, Boy 2016: 238).
Penulis berusaha melupakan masa lalu dengan kekasihnya meski harus merasakan luka, sedih dan menangis.
”aku ingin menjadi seseorang yang selalu berada disampingmu saat manis pahit menerpa hidup yang memelukmu. Aku bersedia menjadi tubuh dan tabah yang kau butuhkan; sebagai lengan yang memeluk saat kau merasa rapuh.” (Chandra, Boy 2016: 303).
Penulis ingin menjadi alasan untuk kekasihnya agar tetap bersemangat dalam menggapai cita-cita dan impiannya
5. Ego
Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani dengan nyata. Ego berusaha untuk memuaskan id dengan cara-cara yang nyata.
Penerapan psikologi sastra ego dalam novel Sebuah Usaha Melupakan karya Boy Candra dapat dilihat dari bukti berikut:
“sebagai orang yang menekuni kegiatan tulis menulis sejak beberapa tahun lalu. Aku pernah berkeinginan punya kekasih yang sehobi denganku.” (Chandra, Boy 2016: 12).
“...kelak saat aku menulis buku. Ada seseorang yang menyediakan makanan untukku. Dan orang itu adalah kamu.” (Chandra, Boy 2016: 13).
“jarak dan pekerjaan mengharuskan kita bersabar dengan lebih sabar. Agar semuanya bisa berjalan sebaik mungkin...” (Chandra, Boy 2016: 75).
“manusia akan selalu menginginkan hal yang lebih. Begitu juga untuk urusan perasaan. Sikap yang tidak mudah puas dan belum bersyukur dengan apa yang dimiliki, seringkali menjadikan seseorang melepaskan apa yang sudah dia punya.” (Chandra, Boy 2016: 79).
Dalam kalimat ini, penulis menyadari karakter manusia yang selalu menginginkan lebih. Penulis juga menyadari bahwa hubungan dengan jarak yang jauh dapat menimbulkan rasa curiga. Hal ini mempengaruhi psikologi pembaca karena dapat berpengaruh dalam menanggapi karakter manusia.
“...aku ingin kau mengingatkan aku bila aku lupa. Aku ingin memelukmu jika hatimu terluka. Denganmu aku ingin menua dan menemukan akhir usia.” (Chandra, Boy 2016: 84-85).
Pada kalimat ini terlihat tentang keinginan penulis untuk selalu berada disamping kekasihnya kala kekasihnya sedang terpuruk.
“...aku selalu berharap, kau tetap menjadi seseorang yang bersedia bersamaku. Selelah dan sekeras apa pun nanti kita harus berjuang. Tetaplah menjadi kekasihku. Aku juga ingin tetap mendampingimu.” (Chandra, Boy 2016: 88).
“aku harus menenangkan diriku dengan sangat. Meyakinkan diriku dengan tenang, meski tak semudah yang dibayangkan.” (Chandra, Boy 2016: 93).
“menerbitkan buku puisi adalah salah satu impian besarku. Aku membutuhkan waktu hampir setahun untuk menulisnya,...” (Chandra, Boy 2016: 140).
Keinginan penulis untuk mencapai cita-citanya untuk menulis tercantum dalam kalimat “menerbitkan buku puisi adalah salah satu impian besarku.” Yang menjadikan sifat ego penulis untuk mengalihkan pikirannya tentang masa lalu bersama kekasihnya.
“ Aku telah membuang jauh-jauh dari ingatanku. Sebab mengenangmu hanya menjenuhkan kehangatan hariku. Tidak ada gunanya mengenang seseorang yang sudah tak ingin pulang.”(Chandra, Boy 2016: 156).
“jangan merasa bahagia dengan melukaiku. Kamu harus tahu, aku bahkan tak lagi menginginkanmu. Kamu, hanyalah bagian dari masa lalu yang pernah singgah.” (Chandra, Boy 2016: 163).
“kelak suatu hari nanti kau juga harus belajar menyadari. Bahwa kau sudah kulupakan dan bukan orang yang penting lagi dalam hati. Setiap hati yang dilepaskan, akhirnya harus belajar mengikhlaskan.” (Chandra, Boy 2016: 251).
“...semua keadaan yang tak dapat kupercaya-akhirnya terjadi. Dari kesemua yang berlalu dan kini kita sebut masa lalu. Aku mencoba menjadikan pelajaran hidup yang tak akan terhenti sebab patah hati...” (Chandra, Boy 2016: 246).
“Banyak pekerjaan dan impian yang harus kutepati dan penuhi demi janji kepada diri sendiri. Sudah terlalu panjang waktu terbuang sia-sia di masa lalu.” (Chandra, Boy 2016: 266).
”Semua impian dan hal baik juga dikarenakan semangat yang tumbuh hangat untuk tetap bersamamu...” (Chandra, Boy 2016: 281).
“aku ingin menjadi seseorang yang mampu mencintaimu di segala suasana. Jadilah, seseorang yang bersedia mendampingi, berdiri tegak di sampingku, berjalan beriringan menuju segala rencana yang kita jadikan tuju.” (Chandra, Boy 2016: 287).
“tetaplah menjadi seseorang yang menghadirkan banyak kejutan dalam hidupku dengan segala kegilaanmu. Tetaplah menjadi penekun impian-impian besarmu. Aku selalu bersedia mendampingi dan tumbuh bersama dirimu.” (Chandra, Boy 2016: 291).
“...denganmu tentu aku ingin menjalani hubungan yang baik. Meski jatuh tak bisa lepas dari rasa sakit, kita tetap bisa memilih lebih hati-hati...” (Chandra, Boy 2016: 294).
“aku ingin menjalani kisah yang seimbang denganmu. Perasaan yang berbalas. Bukan rindu yang terhempas kandas. Bukan juga dusta-dusta yang disamarkan melalui rayuan-rayuan culas.” (Chandra, Boy 2016: 294).
6. Super Ego
Superego adalah aspek kepribadian yang menampung semua moral cita-cita yang kita peroleh dari kehidupan sosial. Superego memberikan pedoman untuk membuat penilaian. Yang ideal ego mencakup aturan dan standar untuk perilaku yang baik.
Penerapan psikologi sastra super ego dalam novel Sebuah Usaha Melupakan karya Boy Candradapat dilihat dari bukti berikut:
“sebagai orang yang menekuni kegiatan tulis menulis sejak beberapa tahun lalu. Aku pernah berkeinginan punya kekasih yang sehobi denganku.” (Chandra, Boy 2016: 12).
“...kelak saat aku menulis buku. Ada seseorang yang menyediakan makanan untukku. Dan orang itu adalah kamu.” (Chandra, Boy 2016: 13).
“aku selalu berharap dengan sungguh. Semoga semesta selalu mendekatkan kita,...” (Chandra, Boy 2016: 28).
“...aku bisa pelan-pelan mencapai impianku satu persatu...” (Chandra, Boy 2016: 49).
“jangan menyerah untuk tetap bersamaku. Jangan biarkan lemah menjadikan kita masa lalu yang pilu. Sebab, kelak aku ingin pulang dengan hati yang senang. Aku ingin melihatmu menunggu dengan rindu.” (Chandra, Boy 2016: 72).
Psikologi penulis menginginkan hal yang ia impikan dan harapkan. Hal ini tercantum dalam kalimat “kelak aku ingin pulang dengan hati yang senang. Aku ingin melihatmu menunggu dengan hati rindu.” Dalam kalimat ini jelas harapan penulis untuk kekasihnya.
”Andai aku bisa, ingin sekali aku menghapusmu dari ingatan yang menyiksa. Tak ada satu hal pun akan kubiarkan menusuk diriku dan menjadikan ingatan terasa pilu...” (Chandra, Boy 2016: 149).
“...aku sempat berlari menjauh dari kotaku. Menghabiskan hari-hari sedih di kota lain untuk membunuh waktu yang terasa pedih. Aku bahkan tak percaya...” (Chandra, Boy 2016: 153)
“...aku ingin tertawa sekencang-kencangnya, menatap matamu dan meyakini kau sedang bercanda...” (Chandra, Boy 2016: 225).
“Kaulah rumah tempat pulang, bagian dari hidup yang menjadi alasan berjuang. Penyemangat di kala penat. Seseorang yang membuatku tetap merasa pulih setelah didera letih.” (Chandra, Boy 2016: 289).
“aku hanya ingin kita saling menatap mata. Lalu, rasakan apa yang kau rasakan di dada. Getar-getar yang tumbuh adalah perasaan yang jatuh. Sesuatu yang orang-orang sebut cinta.” (Chandra, Boy 2016: 298).
“sekarang percayalah. Ibumu adalah satu-satunya perempuan yang tak akan menyerah. Bagaimana pun aku, dia tetap bersamaku. Itulah yang membuatmu hadir sebagai bagian hidupku. Bacalah buku-buku yang kutulis, belajarlah, bahwa patah hati bisa juga kau nikmati tanpa menangis.” (Chandra, Boy 2016: 300).
Penulis menginginkan hal yang ia tulis menjadi suatu kenangan dalam hidupnya yang mengajarkan bahwa patah hatu bisa dinikmati tanpa menangis.
7. Kompleks Oidipus
Kompleks oidipus merujuk pada suatu tahapan perkembangan psikoseksual pada masa ketika hasrat seseorang untuk secara seksual memiliki orang tua dengan jenis kelamin berbeda.
Penerapan psikologi sastra kompleks oidipus dalam novel Sebuah Usaha Melupakan karya Boy Candra dapat dilihat dari bukti berikut:
“Nak, jika kau ingin tahu bagaimana cinta bekerja pada dada ayahmu, bacalah buku-buku yang ayah tulis. Mungkin beberapa terlihat memilukan. Namun, kau harus tahu. Setiap orang yang datang ke hidup kita, punya tempatnya sendiri untuk dijadikan cerita.” (Chandra, Boy 2016: 299).
Pada kalimat ini, mengisahkan ayah penulis memiliki kisah hidup yang sama. Yang ingin disampaikan agar penulis dapat melewati fase dimana yang pernah ayah penulis lewati.
“lalu, jika kau tanya siapa perempuan yang aku paling sayang. Tentu, aku pasti menjawab ‘perempuan yang melahirkanmu –ibumu’. Karena dialah yang akhirnya kuabadikan dengan jiwa, bukan sebatas tulisan saja.” (Chandra, Boy 2016: 299).
Pada kalimat ini, penulis menginginkan sosok perempuan yang seperti ibunya yang selalu mengerti keadaannya.
“Kau harus tahu, Nak. Sebagai lelaki biasa, aku paham bagaimana caranya mencintai. Namun, beberapa perempuan tak mengerti caranya mempertahankan lelaki. Itulah mereka yang akhirnya gagal. Tersisa sebagai bagian cerita catatan dan puisi atau buku.” (Chandra, Boy 2016: 300).
Pada kalimat ini, ibu penulis memberi pemahaman tentang perempuan karena ibu penulis pernah berada diposisi yang sama.
Dalam novel Sebuah Usaha Melupakan karya Boy Candra, tokoh utama berusaha keras untuk melupakan segala kenangan dengan kekasihnya. Ia mengalihkan masa lalunya dengan menulis puisi dan menulis buku. Penulis menyadari bahwa waktu terus berlalu, kenangan demi kenangan dapat terhapuskan dari ingatannya. Yang bisa penulis lakukan ialah menggapai cita-cita yang dulu pernah ia rangkai meski tak lagi bersama seorang kekasih yang dulu pernah singgah dihatinya.
C. Tentang Penulis Novel Sebuah Usaha Melupakan
Boy Chandra lahir 21 November 1989. Menetap dan berproses di Padang, Sumatera barat. Belajar serius menulis sejak 2011. Buku-buku yang sudah terbit; (1) Origami Hati, (2) Setelah Hujan Reda, (3) Catatan Pendek untuk Cinta yang Panjang, (4) senja, Hujan, dan Cerita yang telah usai, (5) Sepasang Kekasih Yang Belum Bertemu, (6) Surat Kecil untuk Ayah, (7) satu Hari di 2018, (8) Kuajak Kau Ke Hutan dan Tersesat Berdua.
Buku ‘sebuah usaha melupakan’ adalah buku non fiksi ketiga dengan seri kepenulisan buku ‘Catatan Pendek untuk Cinta yang Panjang’ dan ‘senja, Hujan, dan Cerita yang telah usai’ teknik penulisan ‘empat paragraf’ yang diciptakan Boy Chandra. Sekaligus buku kesembilan yang diterbitkan sejak 2013.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Psikologi secara sempit dapat diartikan sebagai ilmu tentang jiwa. Sedangkan sastra adalah ilmu tentang karya seni dengan tulis-menulis. Maka jika diartikan secara keseluruhan, psikologi sastra merupakan ilmu yang mengkaji karya sastra dari sudut kejiwaannya. Menurut Wellek dan Austin (1989:90), Istilah psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan pengertian. Yang pertama adalah studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi. Yang kedua adalah studi proses kreatif. Psikologi sastra adalah analisis teks dengan mempertimbangkan relevansi dan peranan studi psikologi.
Menganalisis karya sastra melalui pendekatan psikologi, bukan berarti penulis harus meninggalkan pendekatan sastra. Sebelum melakukan analisis sastra melalui pendekatan psikologi terlebih dahulu seorang peneliti akan menelaah karya tersebut berdasarkan pada teori, konsep, dan definisi yang terangkum dalam bidang sastra. Sebagaimana hakikat teori psikologi, maka teori sastra yang paling mendekati dan saling mendukung untuk analisis karya sastra adalah teori perwatakan dan karakteristik. Teori psikologi dan teori sastra harus sejalan dan mengisi satu sama lain.
Pendekatan psikologi sastra pada novel Sebuah Usaha Melupakan karya Boy Candra sangat hidup, karena terdapat bermacam watak dan karakteristik didalamnya. Pada novel Sebuah Usaha Melupakan karya Boy Chandra banyak berkisah tentang mencintai dan membenci untuk mencintai. Selain itu, banyak juga berkisah tentang memperjuangkan impian walau terkacaukan oleh percintaan. Sehingga alur ceritanya pun sangat menarik untuk dibaca.
Analisis tentang psikologi sastra sangat lambat perkembangannya hal ini disebabkan karena,Psikologi satra seolah-olah hanya berkaitan dengan manusia sebagai individu, kurang memberikan peranan terhadap subjek transindividual, sehingga analisis dianggap sempit, Dikaitkan dengan tradisi intelektual, teori-teori psikologis sangat terbatas, sehingga para sarjana sastra kurang kurang memiliki pemahaman terhadap bidang psikologin sastra, Berkaitan dengan masalah yang pertama dan kedua , relevansi analisis psikologi pada gilirannya kurang menarik minat, khususnya dikalangan mahasiswa, yang dapat dibuktikan dengan sedikitnya skripsi dan karya tulis yang lain yang memanfaatkan pendekatan psikologi sastra.
Ruang lingkup psikologi sastra adalah (1) Alam bawah sadar adalah bagian pikiran manusia yang tidak disadari keberadaanya, namun pengaruhnya sangat besar. (2) Alam pra sadar yaitu mengingat kembali kenangan-kenangan suatu peristiwa yang terjadi. (3) Alam sadar yaitu melakukan segala aktivitas dengan sadar. Id merupakan komponen kepribadian yang hadir sejak lahir. (4) Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani dengan nyata. (5) Superego adalah aspek kepribadian yang menampung semua moral cita-cita yang kita peroleh dari kehidupan sosial. (6) Kompleks oidipus merujuk pada suatu tahapan perkembangan psikoseksual pada masa ketika hasrat seseorang untuk secara seksual memiliki orang tua dengan jenis kelamin berbeda.
Sebuah usaha melupakan merupakan perenungan-perenungan perihal seseorang yang meninggalkan. Seseorang yang pergi lalu melahirkan benci. Seseorang yang akhirnya disadari hidup akan baik-baik saja tanpa dia. Bagaimana pun sedihnya kamu saat dipatah hatikan, kamu harus kembali bangkit dan memperjuangkan harapan. Kamu tidak boleh menyerah hanya karena seseorang yang kamu percaya ternyata tak benar-benar indah. Sesakit apapun perasaanmu saat dilukai kamu harus tetap menerima dirimu sendiri.
B. Saran
Diharapkan semua mahasiswa dapat memahami dan mengerti tentang menganalisis novel menggunakan pendekatan psikologi sastra.
DAFTAR PUSTAKA
Minderop, Albewrtine. 2010. Psikologi Sastra. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia Jakarta.
Endraswara Suwardi.2008.Metode Penelitian Psikologi Sastra.Yogyakarta : Azza grafika.
Candra, Boy. 2016. Sebuah Usaha Melu
0 Response to "Kajian psikososial sastera"
Post a Comment