-->

AL-QURAN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP



TUGAS MATA KULIAH STUDI ISLAM
“AL-QURAN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP ”


MAKALAH
Disusun dan Diajukan guna Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah : Studi Islam
Dosen pengampu : Adnan Yusufi, M.Pd.I



Oleh :
1. Maya Ulfa A NIM 40418030
2. Ismi Jabah NIM 40418031



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
BUMIAYU
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Rabb semesta alam yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya, sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada The Spiritual Father, Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, dan para pengikut jejaknya hingga hari perhitungan nanti, semoga Allah SWT mengagungkan perjuangan mereka.
Amma ba’du. Makalah yang berjudul “Al-Qur’an Sebagai Pedoman Hidup” ini disusun guna memenuhi tugas terstruktur kelompok pada mata kuliah Studi Islam yang diampu oleh Adnan Yusufi, M.Pd.I., Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Peradaban. Penulisan makalah ini juga dimaksudkan sebagai media untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan dalam penelitian serta penulisan karya ilmiah mahasiswa.
Makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik moril maupun materiil. Untuk ini, tim penyusun menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Akhirnya, kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnakan dimasa mendatang. Dan kiranya, makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT berkenan menjadikan karya ilmiah ini sebagai amal jariyah bagi tim penyusun serta pihak-pihak yang pandangannya dikutip dalam makalah ini. Amin.

Bumiayu, 28 September 2018
Ketua

Ismi Jabah
NIM. 40418031
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN iii
1.1 Latar Belakang Masalah iii
1.2 Rumusan Masalah iii

BAB II PEMBAHASAN 1
2.1 Pengertian Al-qur’an 1
2.2 Nama-nama lain Al-qur’an 2
2.3 Sejarah singkat Al-qur’an 5
2.4 Pokok pembahasan kandungan Al-qur’an 7
2.5 Adab-adab terhadap Al-qur’an 11
2.6 Al-qur’an sebagai pedoman hidup 18

BAB III PENUTUP 19
3.1 Kesimpulan 19
3.2 Saran 19

DAFTAR PUSAKA 20

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an secara harfiah berarti bacaan yang mencapai puncak kesempurnaan. Al-Qur’an berarti bacaan yang maha sempurna dan maha mulia. Kitab suci yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW antara lain dinamai Al-Kitab dan Al-Qur’an (bacaan yang sempurna). Fungsi Al-Qur’an adalah petunjuk semua kisah dalam Al-Qur’an yang berkaitan dengan sejarah umat-umat terdahulu merupakan realitas yang bersifat pasti dan tidak diragukan lagi kebenarannya.
Para sahabat menyadari bahwa Al-Qur’an adalah seruan Allah SWT mengikuti cara sahabat dalam memahami Al-Qur’an dan terus berusaha menggali makna dibalik firman Allah SWT. Ini akan menghantarkan seseorang pada pemahaman tafsir yang benar. Selain akan memperluas pengetahuannya terhadap Al-Qur’an juga akan mempertajamkan matahari dan kemampuan abtraksinya. Dengan demikian tidak butuh lagi metodologi yang beragam dan cenderung bertele-tele dalam mengaji Al-Qur’an.
Kesadaran bahwa Al-Qur’an memuat berbagai penjelasan tentang berbagai persoalan, merangkum banyak kebenaran didalamnya maka pada saat itu ia akan menyadari betapa besarnya manfaat Al-Qur’an bagi kehidupan.

1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian Al-Qur’an?
2. Apa saja nama-nama lain Al-Qur’an?
3. Bagaimana sejarah singkat Al-Qur’an?
4. Apa pokok pembahasan kandungan Al-Qur’an?
5. Apa saja adab-adab terhadap Al-Qur’an?
6. Apa yang dimaksud dengan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Al-Qur’an
Pengertian Al Qur’an dari segi kebahasaan, Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yaitu qaraa-yaqrau-quraanan yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulang-ulang". Kata Al-Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a yang artinya membaca. Menurut istilah pengertian Al-Qur'an adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman-firman Allah SWT, yang diwahyukan dalam bahasa Arab kepada Nabi Muhammad dan membacanya bernilai ibadah. Hal ini juga sudah dijelaskan didalam alqur'an itu sendiri.
Al-Qur’an mengajarkan kita agar berperilaku dengan akhlak karimah, seperti : kesabaran, murah hati, memaafkan, etika yang baik. Demikian yang terkait dengan ajaran agama yang diajarkan dalam Al-Qur’an tidak ada satu pun perbuatan yang lebih baik dari yang dianjurkan oleh Al-Qur’an dalam kaedahnya bersifat umum. Kaedah ini tidak mungkin dijelaskansecara terinci, semua perincian yang ada didalam Al-Qur’an dan Hadist baik berupa perintah, larangan atau berita–berita. Semua ini bertujuan untuk menjelaskan secara definitif kaedah ini.
Al-Qur’an adalah kitab terbaik yang diturunkan kepada Rasul yang terbaik, hambanya, orang pilihannya dan makhluk yang terbaik. Dalam Al-Qur’an menjelaskan sebagaimana Alla SWT berfirman :
Artinya: Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya .(Qs. Al-Furqon :33)
Keutamaan Al-Qur’an kemuliaannya dan kedudukannya yang tinggi adalah sesuatu yang tidak asing bagi umat islam. Ia adalah kitab Allah tuhan seluruh alam dan firman pencipta seluruh makhluk. Siapa yang mengamalkannya akan mendapat pahala. Sesungguhnya nilai dan keutamaan Al-Qur’an tergantung pada nilai dan keutamaan zat yang bersifati dengannya. Al-Qur’an adalah kalam Allah dan sifatnya.

2.2. Nama-Nama Lain Al-Qur’an
Al-Quran, kitab suci agama Islam memiliki banyak nama. Nama-nama ini berasal dari ayat-ayat tertentu dalam Alquran itu sendiri yang memakai istilah tertentu untuk merujuk kepada Alquran itu sendiri.
Nama-nama tersebut adalah:
1. Al-Kitab (buku)
Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS. Al-Baqarah [2]:2)
2. Al-Furqan (pembeda benar salah)
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Alquran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (QS. Al Furqaan [25]:1)
3. Adz-Dzikr (pemberi peringatan)
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Adz-Dzikr (Alquran), dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al Hijr [15]:9)
4. Al-Mau'idhah (pelajaran/nasihat)
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus [10]:57)
5. Asy-Syifa' (obat/penyembuh)
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus [10]:57)
6. Al-Hukm (peraturan/hukum)
Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Alquran itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah. (QS. Ar Ra'd [13]:37)
7. Al-Hikmah (kebijaksanaan)
Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah). (QS. Al Israa' [17]:39)
8. Al-Huda (petunjuk)
Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Alquran), kami beriman kepadanya. Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan. (QS. Al Jin [72]:13)
9. At-Tanzil (yang diturunkan)
Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, QS. Asy Syu’araa’ [26]:192)
10. Ar-Rahmat (karunia)
Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. An Naml [27]:77)
11. Ar-Ruh (ruh)
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (Alquran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Alquran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Alquran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS. Asy Syuura [42]:52)
12. Al-Bayan (penerang)
(Alquran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Ali Imran [3]:138)

13. Al-Kalam (ucapan/firman)
Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. (QS. At Taubah [9]:6)
14. Al-Busyra (kabar gembira)
Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Alquran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS. An Nahl [16]:102)
15. An-Nur (cahaya)
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang. (Alquran). (QS. An Nisaa' [4]:174)
16. Al-Basha'ir (pedoman)
Alquran ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini. (QS. Al Jaatsiyah [45]:20)
17. Al-Balagh (penyampaian/kabar)
(Alquran) ini adalah kabar yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran. (QS. Ibrahim [14]:52)
18. Al-Qaul (perkataan/ucapan)
Dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Alquran) kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran. (QS. Al Qashash [28]:51)



2.3. Sejarah Singkat Al-Qur’an
Al-Quran adalah kitab suci yang berisi firman-firman Allah Swt yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw. Pemakaian nama Al-Quran dinukilkan dari surat Al-Qiyaamah ayat 17 dan ayat 18. Al-Quran terdiri dari 114 Surat, 6.236 Ayat (sebagian ulama mengatakan 6666 ayat), 77.439 kata, 74437 kalimat dan 323.015 huruf (ada juga yang mengatakan 325345 huruf) yang diturunkan dalam kurun waktu 22 tahun, 2 bulan, dan 22 hari. Pada masa prakedatangan Islam, bangsa Arab mencapai puncak kejahiliyahannya. Namun demikian di sisi lain, bangsa Arab terkenal dengan keindahan puisi-puisi dan keelokan pidato mereka. Bahasa Arab merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebudayaan mereka. Namun budaya yang berkembang pada saat itu lebih pada budaya lisan ketimbang budaya baca-tulis. Tak mengherankan bila sebagian besar mereka buta huruf. Kendatipun begitu, bangsa Arab mempunyai daya ingat yang sangat kuat. Untuk memelihara dan meriwaytkan syair-syair Arab, silsilah keturunan mereka, peperangan yang terjadi, dan peristiwa lainnya, mereka hanya mengandalkan daya ingat dan hapalan semata.

Sejarah Singkat Turunnya Al-Quran.

Wahyu pertama turun pada saat Nabi SAW berusia 40 tahun di saat beliau sedang beruzlah di Gua Hira (17 Ramadhan). Wahyu berikutnya turun 3 tahun kemudian. Urut-urutan Surat yang terdapat dalam Al-Quran bukan berdasarkan urutan turunnya ayat-ayat tersebut.
Surat pertama yang diwahyukan adalah Al-‘Alaq (QS: 96) dan yang turun terakhir adalah An-Nasr (QS: 110), sedangkan ayat terakhir yang diturunkan adalah ayat 3 dari surat Al-Maaidah. Sedangkan surat pertama yang terdapat dalam Al-Quran adalah Al- Fatihah (QS: 1) dan yang terakhir An-Nas (QS: 114).
Urutan-urutan dalam Al-Quran tersebut semata-mata berdasarkan petunjuk dari Allah SWT kepada Nabi SAW. Al-Quran diturunkan tidak secara sekaligus tapi secara berangsur-angsur. Di Mekah selama 13 tahun dan di Madinah 10 tahun. Terbagi menjadi ayat-ayat Makkiyyah (19/30 = 86 surat) dan Madaniyyah (11/30 = 28 surat).



Periodesasinya dapat diuraikan sebagai berikut:
Periode Mekah I (4-5 tahun): Dakwah Islam masihdalam ruang lingkup yang kecil. Belum begitu banyak resistansi. Ayat-ayat yang turun umumnya tentang (i) pelajaran bagi Rasulullah dalam membentuk kepribadiannya, (ii) pengetahuan dasar tentang sifat-sifat Allah, (iii) keterangan tentang dasar-dasar akhlak islamiyah dan bantahan tentang pandangan hidup masyarakat jahiliyah saat itu.
Periode Mekah II (8-9 tahun): Dakwah Islam mulai terbuka. Oposisi terhadap Islam dari penduduk Mekah mulai terbentuk untuk menghalangi dakwah. Ayat-ayat yang turun umumnya tentang (i) kewajiban prinsipal penganutnya, (ii) kecaman & ancaman kepada kaum musyrik yang berpaling dari kebenaran, (iii) argumentasi tentang keesaan Tuhan dan kepastian hari kiamat.
Periode Madinah (10 tahun): Masyarakat Islam mulai terbentuk di Madinah setelah Nabi SAW hijrah dari Mekah. Selain oposisi dari jahiliyah Mekah, warga Yahudi di Medinah yang semula berikrar untuk hidup berdampingan dengan Muslim juga mulai menghalangi-halangi dakwah Nabi SAW.
Pada masa Nabi SAW, kertas seperti yang kita kenal sekarang belum lagi sampai ke Jazirah Arab, walaupun sudah ditemukan di Cina. Karena Nabi SAW tidak bisa membaca dan menulis, pada saat turunnya wahyu, Nabi SAW langsung menyampaikan wahyu tersebut kepada sahabat-sahabatnya. Para sahabat kemudian menghafalnya di luar kepala dengan bimbingan Nabi SAW. Beberapa sahabat yang pandai menulis selain diminta menghafal juga diminta untuk menuliskan di media tulis kayu, batu, kain, kulit, dsb. Untuk menjaga kemurnian Al-Quran ini setiap tahun Malaikat. Jibril akan mengulang hafalan Al-Quran bersama Nabi SAW. Pada tahun terakhir menjelang ajalnya, bahkan Jibril bersama Nabi SAW mengulang hafalan tersebut dua kali.
Masa Para Khalifah, kodifikasi Al-Quran Pertama dilakukan pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq, kemudian atas usulan Umar bin Khaththab yang sangat khawatir akan keberlangsungan Al-Quran mengingat banyak penghafal Al-Quran yang ikut perang Yamamah mati syahid. Kodifikasi dipimpin oleh Zaid bin Tsabit dengan mengumpulkan catatan ayat-ayat dari para sahabat Nabi yang telah ditulis di kain, kulit, tulang, dan batu. Ini adalah kodifikasi lengkap Al-Quran resmi yang pertama. Dan buku pertama dalam bahasa Arab. Hasil kodifikasi ini kemudian disimpan oleh Abu Bakar RA sampai wafat yang kemudian disimpan oleh Umar RA sampai wafat dan lalu disimpan oleh Hafsah (anak Umar dan juga salah satu istri Nabi SAW).
Penggandaan Al-Quran & Pendistribusian dilakukan pada masa Khalifah Utsman bin Affan, Islam telah tersebar sampai Bizantium dan Iran. Penggandaan Al-Quran & pendistribusian berikutnya dilakukan oleh Huzaifah bin Yaman sekembalinya dari peperang di Azerbaijin (25H/645M) melaporkan kepada Utsman RA tentang perselisihan umat Islam di daerah sekitar tersebut tentang perbedaan tata cara membaca Al-Quran. Lalu Utsman RA membentuk panitia yang diketuai Zaid bin Tsabit untuk memperbanyak Al-Quran berdasarkan Kodifikasi Quran yang asli yang dipegang oleh Hafsah dan bila ada perbedaan dalam bacaan harus dituliskan berdasarkan dialek suku Quraisy. Satu kopi dipegang oleh Utsman RA di Madinah dan kopi lainnya dikirim ke Mekah, Syiria, Yaman, Bahrain, Basra, dan Kufa untuk dijadikan standard acuan. Versi-versi yang tidak resmi yang beredar sebelumnya kemudian dimusnahkan atas perintah Utsman RA. Versi Al-Quran Utsman RA ini dikenal dengan Al Mushhaf dimana penulisannya seperti tulisan Arab gundul dan tanpa perbedaan penulisan huruf-huruf yang berbentuk sama.

2.4. Pokok Pembahasan Kandungan Al-qur’an
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang berfungsi sebagai petunjuk dan tuntunan hidup bagi umat manusia. Al-quran tidak hanya diturunkan bagi umat Muhammad, tetapi untuk seluruh umat manusia. Orang yang menggunakan al-quran sebagai tuntunan hidup, niscaya akan selamat kehidupannya dan memperoleh kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat. Pokok pokok isi al-quran meliputi beberapa aspek, yaitu:
A. Aspek Akidah (tauhid)
Akidah merupakan inti kandungan Al-quran yang berasal dari kata aqada -ya’qidu-aqdan-aqidatan’ yang berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Setelah kata tersebut menjadi aqidah berarti keyakinan. Secara terminologis menurut Hasan al Banna akidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketenangan jiwa menjadi keyakinan yang tidak tercampur dengan keragu-raguan sedikitpun. Untuk mengajarkan tauhid Allah mengutus nabi dan rasul untuk menyampaikan ajaran tauhid kepada umat manusia mulai dari Nabi Adam sampai nabi Muhammad. Ayat Al qur’an yang membicarakan tauhid sebanyak 96 ayat, diantaranya adalah QS. Al-ikhlas (112) ayat 1-4: (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (١ (اللَّهُ الصَّمَدُ (٢ ( لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (٣) ( وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (٤ “Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” QS, al-baqarah (2) ayat 163: (وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ(١٦٣ “dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. Dalam sejarah Islam, terdapat banyak contoh manusia-manusia pilihan yang mempertahankan akidah, walaupun harus disiksa dengan penderitaan yang hebat. Bilal bin Rabah adalah seorang budak berkulit hitam dari Habsyah (sekarang Ethiopia) yang masuk Islam ketika masih diperbudak. Setelah majikannya mengetahui bahwa Bilal masuk Islam, maka Bilal disiksa terus menerus setiap harinya guna mengembalikannya agar tidak memeluk Islam. Derita yang ditanggung Bilal bukan alang kepalang. Umayyah bin Khalaf, sang majikan tak berhenti hanya dengan menyiksa Bilal saja. Setelah puas hatinya menyiksa Bilal, Umayyah pun menyerahkan Bilal pada pemuda-pemuda kafir berandalan. Diarak berkeliling kota dengan berbagai siksaan sepanjang jalan. Tapi dengan tegarnya, Bilal mengucap, “Ahad, ahad,” puluhan kali dari bibirnya yang mengeluarkan darah. Ammar bin Yasir adalah anak dari Sumayyah binti Khabbab dan Yasir bin Amir yang merupakan salah satu dari orang yang terawal dalam memeluk agama Islam atau disebut dengan Assabiqunal Awwalun. Keluarganya berasal dari Tihanah, suatu daerah di Yaman yang kemudian datang ke Mekkah untuk mencari saudaranya yang hilang dan kemudian menetap di sana. setelah Ammar bin Yasir dan keluarga memeluk Islam, mereka mengalami siksaan oleh Abu Jahal dan pengikutnya agar mereka melepaskan Islam. Dalam siksaan itu orang tua Ammar bin Yasir tewas oleh kekejaman kaum Quraisy. Mereka diserahkan kepada Bani Makhzum. Setiap hari Yasir, Sumayyah dan Ammar dibawa ke padang pasir Makkah yang demikian panas, lalu didera dengan berbagai azab dan siksa, kedua orang tuanya meninggal dalam penyiksaan itu, sementara Ammar selamat setelah diperlihatkan mukjizat oleh Rasulullah yang mengubah api menjadi dingin.
B. Ibadah
Ibadah adalah bentuk pengabdian seorang hamba terhadap tuhannya. Menurut Al-quran, tujuan utama dari penciptaan jin dan manusia di muka bumi adalah hanya untuk menjalankan ibadah kepada Allah swt. Seperti penjelasan QS adz-dzariyat (51) ayat 56: (وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ (٦ “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. Dalam praktek sehari-hari, ibadah dibagi menjadi dua macam, yaitu ibadah mahdah dan ibadah gairu mahdah. Ibadah mahdah adalah hubungan vertikal antara hamba dengan Tuhannya, yang telah diatur tata cara peribadatannya secara rinci. Bentuk ibadah mahdah adalah seperti shalat, puasa, zakat dan lain sebagainya. Dikarenakan terdapat hubungan langsung (vertikal) antara hamba dengan Allah, ibadah mahdah dapat disebut hablu min Allah. Bentuk ibadah lain yang mengatur hubungan manusia dengan manusia (horizontal) disebut ibadah gairu mahdah atau hablu min an-nas. Contoh perbuatan ibadah gairu mahdah seperti tolong menolong, silaturrahmi, jual beli, transaksi dagang, dan lain sebagainya.
C. Syariah (hukum)
Berasal dari kata syir’ah atau syari’ah yang berarti jalan yang jelas. Dalam arti luas berarti seluruh ajaran islam yang berupa norma-norma agama agar ditaati baik secara individu maupun kolektif. Menurut penelitian syeih abdul wahab hallaf, ayat ayat al quran berkaitan dengan hukum dan muamalah dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu : Hukum hukum yang berhubungan dengan masalah keluarga, jumlahnya kurang lebih 70 ayat. Hukum perkawinan disebutkan dalam al-quran antara lain dalam QS al-baqarah ayat 221, QS al-maidah ayat 5, al-mumtahanah ayat 10-11, QS al-maidah ayat 5, QS an-nur ayat 2, dan lain sebagainya. Masalah pendata, seperti jual beli, sewa-menyewa, utang-piutang,dan sebagainya kurang lebih 70 ayat. Hukum waris disebutkan dalam al-quran antara lain dalam QS an-nisa ayat 7-12 dan 176, QS al-baqarah ayat 180, QS al-maidah ayat 106, dan lain sebagainya. Masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah pidana, jumlahnya kurang lebih 30 ayat. Seperti disebutkan dalam QS al-baqarah ayat 178, QS Yunus ayat 27, QS al-isra ayat 33, dan lain sebagainya. Masalah yang berkaitan dengan gugatan, seperti putusan hakim, sanksi, sumpah, dan sebagainya kurang lebih 13 ayat. contoh ayat al-quran yang mengatur tentang ketentuan makanan yang haram dan halal, antara lain QS al-maidah (5) ayat 3: حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَنْ تَسْتَقْسِمُوا بِالأزْلامِ ذَلِكُمْ فِسْقٌ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku”.
D. Akhlak
Menurut Al Ghazali akhlak adalah sebuah kondisi mental yang tertanam kuat dalam jiwa, yang dirinya lalu muncul perbuatan (perilaku) dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Dalam bahasa Indonesia, akhlak dikenal dengan istilah etika atau moral. Dalam aplikasi perbuatan sehari-hari, akhlak terbagi dua macam, yaitu: Akhlak yang baik (akhlaqul mahmudah) seperti penolong, taubat, amanah, jujur, dan lain sebagainya. Akhlak yang buruk (akhlaqul mazmumah) seperti mencuri, berbohong, mabuk-mabukan, dan lain sebagainya.
E. Sejarah (kisah-kisah Al-Quran)
Kisah-kisah Al-quran sering disebut dengan qashasul Quran. Al-quran lebih banyak berbicara tentang kisah ketimbang ayat-ayat yang berbicara tentang hukum, hal itu memberikan isyarat bahwa Al-quran sangat perhatian terhadap masalah kisah yang mengandung banyak ibrah (pelajaran). Allah swt memberikan penjelasan dalam QS Yusuf (12) ayat 111: لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لأولِي الألْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”. Adapun tujuan kisah Al-Qur’an untuk memberikan pengertian tentang sesuatu yang terjadi dengan sebenarnya dan agar dijadikan ibrah untuk memperkokoh keimanan dan membimbing kearah perbuatan yang lebih baik dan benar. Contoh beberapa kisah dalam Al-Qur’an misalnya kisah dakwah nabi kepada kaumnya, mukjizat-mukjizat serta sikap para penentang dan lain sebagainya. Kisah-kisah yang berkaitan dengan kejadian-kejadian umat terdahulu. Tujuan dan fungsi kisah-kisah dalam al-Qur’an: Untuk menunjukkan bukti kerasulan Muhammad Saw, sebab beliau tidak pernah belajar umat terdahulu, tetapi mengetahui dari al-quran untuk dijadikan contoh teladan (uswah hasanah) dengan mencontoh akhlak para nabi dan orang-orang saleh yang disebutkan dalam Al-qur’an untuk menarik perhatian para pendengar dan menggugah kesadaran diri mereka melalui penutura kisah. Menjelaskan prinsip-prinsip dakwah agama allah, yaitu inti ajaran para rasul Allah adalah tauhid.


F. Iptek Al-Qur’an
Juga mengandung informasi tentang masalah ilmu pengetahuan atau isyarat ilmu pengetahuan. Kebenaran ilmiah yang disampaikan dalam al-quran memiliki tujuan untuk menunjukkan kebesaran Allah swt dan keesaan-Nya, serta mendorong manusia untuk mengadakan observasi dan penelitian agar lebih menguatkan iman dan kepercayaan kepada Allah swt. Melalui berbagai ayat, al-quran banyak menghimbau manusia untuk menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam semua bidang seperti kedokteran, pertanian, astronomi dan lain sebagainya. Allah swt berfirman dalam QS az-zumar (39) ayat 9: قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ “Katakanlah Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.

2.5 Adab-Adab Terhadap Al-Qur’an
Seorang Mukmin meyakini bahwa al-Qur’ân adalah kalâm (perkataan; ucapan) Allah Azza wa Jalla . Huruf dan maknanya bukanlah makhluk, serta diturunkan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw. Al-Qur’ân adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Al-Qur’ân adalah sebaik-baik dan sebenar-benar perkataan, tidak ada kedustaan padanya, baik pada saat diturunkan maupun sesudahnya. Barangsiapa berkata berdasarkan al-Qur’ân, maka perkataannya benar. Dan barangsiapa menghukumi dengannya, maka hukumnya adil. Barangsiapa mengikutinya, ia akan menuntun menuju surga, dan barangsiapa membelakanginya, ia akan menyeretnya menuju neraka.
Oleh karena itu, seorang Muslim yang baik selalu beradab terhadap al-Qur’ân dengan adab-adab yang utama, di antaranya:
1. Iman Kepada Al-quran
Ini adalah adab dan kewajiban terbesar. Beriman kepada al-Qur’ân artinya meyakini segala beritanya, mentaati segala perintahnya, dan meninggalkan segala larangannya. Allah Azza wa Jalla berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۚ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. [an-Nisâ’/4:136]
Ini adalah perintah Allah Azza wa Jalla kepada orang-orang yang beriman untuk meluruskan iman mereka, yaitu dengan keikhlasan dan kejujuran iman, menjauhi perkara-perkara yang merusakkan iman, dan bertaubat dari perkara-perkara yang mengurangi nilai iman. Demikian juga agar mereka meningkatkan ilmu dan amalan keimanan. Karena, setiap nash yang tertuju kepada seorang Mukmin, lalu dia memahami dan meyakininya, maka itu termasuk iman yang wajib. Demikian juga seluruh amalan yang lahir dan batin termasuk iman, sebagaimana ditunjukkan oleh nash-nash yang banyak dan disepakati oleh Salafush Shalih.
Di sini terdapat perintah untuk beriman kepada Allah Azza wa Jalla , Rasul-Nya, al-Qur’ân, dan kitab-kitab terdahulu. Beriman kepada hal-hal di atas hukumnya wajib dan seorang hamba tidak menjadi orang yang beriman kecuali dengannya, yaitu beriman secara menyeluruh dalam perkara yang perinciannya tidak sampai kepadanya, dan secara rinci dalam perkara yang perinciannya sudah sampai kepadanya. Maka barangsiapa beriman dengan keimanan ini, dia telah mengikuti petunjuk dan sukses.
2. Tilawah (Qira’atul Qur’an)
Sesungguhnya membaca al-Qur’ân merupakan salah satu bentuk ibadah yang agung. Banyak sekali ayat-ayat dan hadits-hadits shahîh yang menunjukkan hal ini. Namun sayang, banyak umat Islam di zaman ini yang lalai dengan ibadah ini, baik karena sibuk dengan urusan dunia, karena lupa, atau lainnya. Ketika seseorang mendapatkan kiriman surat dari saudaranya, kawannya, keluarganya, atau kekasihnya, dia akan bersegera membukanya karena ingin mengetahui isinya. Namun, bagaimana bisa seorang Muslim tidak tergerak untuk membaca surat-surat al-Qur’ân yang datang dari penciptanya, padahal surat-surat al-Qur’ân itu semata-mata untuk kebaikannya.
Sebagian orang membaca al-Qur’ân, tetapi dengan tergesa-gesa atau dengan cara yang cepat, seolah-olah sedang diburu musuh. Padahal Allah Azza wa Jalla telah memerintahkan kita agar membaca al-Qur’ân dengan tartîl (perlahan-lahan). Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا
Dan bacalah al-Qur`ân itu dengan perlahan-lahan. [al-Muzammil/73:4]
Selain itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mendorong umatnya untuk giat membaca al-Qur’ân dan menerangkan besarnya pahalanya. Maka, siapakah yang akan menyambutnya? Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah, maka dia mendapatkan satu kebaikan dengannya. Dan satu kebaikan itu (dibalas) sepuluh lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lâm mîm satu huruf. Tetapi alif satu huruf, lâm satu huruf, dan mîm satu huruf.”
Mungkin banyak di antara kita telah mengetahui pahala membaca al-Qur’ân ini. Namun, siapa di antara kita yang selalu berusaha mengamalkannya? Karena tujuan belajar, bukan hanya untuk pengetahuan saja, akan tetapi tujuannya yang tertinggi adalah untuk diamalkan.
Demikian juga dianjurkan untuk membaca al-Qur’ân dengan berjama’ah, yaitu satu orang membaca sedangkan yang lain mendengarkan, sebagaimana kebiasaan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
Tidaklah ada sekelompok orang yang berkumpul di dalam satu rumah di antara rumah-rumah Allah, mereka membaca kitab Allah dan belajar bersama di antara mereka, melainkan ketenangan turun kepada mereka, rahmat meliputi mereka, malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di kalangan (para malaikat) di hadapanNya”.
3. Mempelajari Dan Tadabbbur (Memperhatikan)
Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menurunkan al-Qur’ân antara lain dengan hikmah agar manusia memperhatikan ayat-ayatnya, menyimpulkan ilmunya, dan merenungkan rahasianya. Allah Azza wa Jalla berfirman:
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
Ini adalah sebuah kitab yang penuh dengan berkah, Kami turunkan kepadamu supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. [Shâd/38:29]
Syaikh As-Sa’di rahimahullah berkata: “Ini menunjukkan bahwa seukuran fikiran dan akal seseorang, dia akan medapatkan pelajaran dan manfaat dengan kitab (al-Qur’ân) ini”.
Bahkan Allah Azza wa Jalla menantang orang-orang kafir untuk mencari-cari kesalahan al-Qur’ân, jika mereka meragukan bahwa al-Qur’ân datang dari sisi Allah Azza wa Jalla.
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
Maka, apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur`ân? kalau kiranya al-Qur`ân itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. [an-Nisâ’/4:82]
Oleh karena itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitakan bahwa sebaik-baik orang dari umat ini adalah orang yang mempelajari al-Qur’ân dan mengajarkannya. Sebagaimana disebutkan di dalam hadits di bawah ini:
عَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
Dari Utsman, Nabi bersabda: “Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari al-Qur’ân dan mengajarkannya”.
Imam Ibnu Katsîr rahimahullah berkata: “Ini adalah sifat orang-orang Mukmin yang mengikuti para Rasul. Mereka adalah orang-orang yang sempurna pada diri mereka dan menyempurnakan orang lain. Dan itu menggabungkan kebaikan untuk diri sendiri dan untuk orang lain. Ini kebalikan sifat orang-orang kafir yang banyak berbuat kezhaliman. Mereka tidak memberikan manfaat kepada orang lain dan tidak membiarkan orang lain mendapatkan manfaat. Mereka melarang manusia mengikuti al-Qur’ân dan mereka sendiri mendustakan dan menjauhinya.”
4. Ittiba’ (Mengikuti)
Setiap orang sangat membutuhkan rahmat Allah Azza wa Jalla . Namun, apa sarana untuk meraih rahmat-Nya? Mengikuti al-Qur’ân itulah cara mendapatkan rahmat Allah Azza wa Jalla , sebagaimana firman-Nya:
وَهَٰذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dan al-Qur`ân itu adalah kitab yang Kami turunkan, yang diberkati, maka ikutilah ia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat. [al-An’âm/6:155]
Allah Azza wa Jalla telah menjanjikan kebaikan yang besar bagi orang yang mengikuti kitab-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman:
فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ
Allah berfirman: “Jika datang kepada kamu petunjuk dari-Ku, maka barangsiapa mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. [Thâha/20: 123]
Sebaliknya, Allah Azza wa Jalla juga memberi ancaman berat bagi orang yang berpaling dari kitab-Nya:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَىٰ وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا قَالَ كَذَٰلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا ۖ وَكَذَٰلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَىٰ وَكَذَٰلِكَ نَجْزِي مَنْ أَسْرَفَ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِآيَاتِ رَبِّهِ ۚ وَلَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَشَدُّ وَأَبْقَىٰ
Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. Ia berkata: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?” Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, namun kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan”. Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat rabbnya. Sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal.[Thâha/20:124-127]
5. Berhukum Dengan Al-Qur’an
Sesungguhnya kewajiban pemimpin umat adalah menghukumi rakyat dengan hukum Allah Azza wa Jalla, yaitu berdasarkan al-Qur’ân dan Sunnah. Dan kewajiban rakyat adalah berhukum kepada hukum Allah Azza wa Jalla. Oleh karena itulah Allah Azza wa Jalla mencela dengan keras orang-orang yang ingin berhakim kepada thâghût (hukum yang bertentangan dengan hukum Allah). Allah Azza wa Jalla berfirman:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thâghût, padahal mereka telah diperintah mengingkari thâghût itu, dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. [an-Nisâ’/4:60]
Allah Azza wa Jalla juga berfirman:
أَفَغَيْرَ اللَّهِ أَبْتَغِي حَكَمًا وَهُوَ الَّذِي أَنْزَلَ إِلَيْكُمُ الْكِتَابَ مُفَصَّلًا ۚ وَالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْلَمُونَ أَنَّهُ مُنَزَّلٌ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ ۖ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ
Maka patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (al-Qur’ân) kepada kamu dengan terperinci. Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa al-Qur’ân itu diturunkan dari Rabbmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu. [al-An’âm/6:114]
Allah juga berfirman:
وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا ۚ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ ۚ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (al-Qur’ân), sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui. [al-An’âm/6:115]
Firman Allah ”yang benar”, yaitu di dalam berita-beritanya, ” dan adil”, yaitu di dalam hukum-hukumnya. Allah Azza wa Jalla juga berfirman:
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi oang-orang yang yakin? [al-Mâidah/5:50]
6. Meyakini Al-Qur’an Sebagai Satu-Satunya Pedoman
Allah Azza wa Jalla yang menurunkan kitab al-Qur’ân, memiliki sifat-sifat sempurna. Oleh karena itu, kitab suci-Nya juga sempurna, sehingga cukup di jadikan sebagai pedoman untuk meraih kebaikan-kebaikan di dunia dan akhirat. Demikian juga al-Qur’ân cukup sebagai bukti kebenaran Nabi Muhammad n sebagai utusan Allah Azza wa Jalla kepada seluruh manusia dan jin. Allah Azza wa Jalla berfirman:
أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَرَحْمَةً وَذِكْرَىٰ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu al-kitab (al –Qur`ân) sedang ia (al-Qur’ân) dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (al-Qur`ân) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. [al-‘Ankabût/29: 51]
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Tidakkah mencukupi bagi mereka sebuah ayat (tanda kebenaran) bahwa Kami telah menurunkan kepadamu (Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ) sebuah kitab yang agung, yang di dalamnya terdapat berita orang-orang sebelum mereka, berita orang-orang setelah mereka, dan hukum apa yang ada di antara mereka, padahal engkau adalah seorang laki-laki yang ummi (buta huruf), tidak dapat membaca dan menulis, juga tidak pernah bergaul dengan seorang pun dari ahli kitab, kemudian engkau datang kepada mereka dengan membawa berita-berita yang ada di dalam lembaran-lembaran suci zaman dahulu, dengan menjelaskan kebenaran dari apa yang mereka perselisihkan padanya, dan dengan membawa kebenaran yang nyata, gamblang, dan terang?.”
Karena wahyu Allah Azza wa Jalla sudah mencukupi sebagai pedoman, maka Allah Azza wa Jalla melarang manusia mengikuti pemimpin-pemimpin yang bertentangan dengan wahyu-Nya, Dia berfirman:
اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ ۗ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ
Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari rabbmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya). [al-A’râf/7:3]
Oleh karena itulah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menegur dengan keras kepada Umar bin al-Khaththâb Radhiyallahu anhu , ketika dia datang membawa naskah kitab Taurat dan membacanya di hadapan beliau. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوْ بَدَا لَكُمْ مُوسَى فَاتَّبَعْتُمُوهُ وَتَرَكْتُمُوْنِيْ لَضَلَلْتُمْ عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ وَلَوْ كَانَ حَيًّا وَأَدْرَكَ نُبُوَّتِي لاَ تَّبَعَنِيْ
Demi (Allah) yang jiwaku di tangan-Nya. Seandainya Musa muncul kepada kamu, lalu kamu mengikutinya, dan kamu meninggalkan aku, sungguh kamu tersesat dari jalan yang lurus. Seandainya Musa hidup dan mendapati kenabianku, dia pasti mengikuti aku. [HR. Ad-Dârimi, no. 435; semakna dengan hadits ini juga diriwayatkan oleh Ahmad, al-Baihaqi, dan Ibnu Abi ‘Ashim. Syaikh al-Albâni menghasankannya di dalam Irwâ`ul Ghalîl, no. 1589]
Inilah di antara adab-adab orang beriman terhadap kitab suci al-Qur’ân. Semoga Allah Azza wa Jalla selalu membimbing kita untuk meraih ilmu yang bermanfaat dan mampu mengamalkannya. Al-hamdulillâhi rabbil ‘âlamîn.

2.6. Al-Qur’an Sebagai Pedoman Hidup
Sebagai pedoman hidup, Al-Qur’an banyak mengemukakan pokok-pokok serta prinsip-prinsip umum pengaturan hidup dalam hubungan antara manusia dengan Allah dan mahluk lainnya. Di dalamnya terdapat peraturan-peraturan seperti beribadah langsung kepada Allah Swt, berkeluarga, bermasyarakat, berdagang, utang-piutang, kewarisan, pendidikan dan pengajaran, pidana, dan aspek-aspek kehidupan lainnya yang oleh Allah Swt. Dijamin dapat berlaku dan dapat sesuai pada setiap tempat dan setiap waktu. Setiap Muslim diperintahkan untuk melakukan seluruh tata nilai tersebut dalam kehidupannya. Sikap memilih sebagian dan menolak sebagian tata nilai itudipandang Al-Quran sebagai bentuk pelanggaran dan dosa. Melaksanakannya dinilai ibadah, memperjuangkannya dinilai sebagai perjuangan suci, mati karenanya dinilai sebagai mati syahid, hijrah karena memperjuangkannya dinilai sebagai pengabdian yang tinggi, dan tidak mau melaksanakannya dinilai sebagai zalim, fasiq, dan kafir.







BAB III
PENUTUP

1.1. Kesimpulan
Kita perlu mengetahui atau memahami bahwa sesungguhnya manusia itu adalah makhluk yang lemah. Didalam kandungan Al-Qur’an mengajarkan kita agar berprilaku dengan akhlak karimah, seperti kesabaran, murah hati dan lain – lain. Kita sebagai umat islam wajib memahami dan mempelajari dengan baik supaya kita tidak terjerumus.
Al-Qur’an itu kitab terbaik yang diturun melalui Jibril sebagai mukjizat Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk hidup umat islam. Semua kisah yang ada didalam Al-Qur’an yang berkaitan dengan sejarah umat – umat terdahulu merupakan realitas yang bersifat pasti dan tidak diragukan lagi kebenarannya.

1.2. Saran
Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmatnya dan hidayahnya yang telah memberikan kesempatan untuk saya hingga saya bisa menulis makalah ini, dan dengan kekurangan – kekurangan yang ada pada penulisan maka dari itu saya mengharap saran dan kritik untuk menuju kepada yang lebih baik.
Penulis menyarankan kepada para pembaca agar lebih baik memahami tentang Al-Qur’an yang lebih dalam supaya umat islam memahami dan mempelajari. Ungkapan terimakasih kepada pembimbing sehingga terselesainya tulisan ini. Mudah-mudahan Allah SWT meridhoi apa yang kita kerjakan. Amin








DAFTAR PUSTAKA

Ash-shadi, abdur Razzaq, Berzikir cara nabi, hikmah, Jakarta, 2007
Shihab, M. Quraish, membumikan Al-Qur’an, mizan Bandung, 2007
Shihab, M.Quraish, lentera Al-Qur’an, mizan, Bandung, 2008.
http://tafsiralazhar.net46.net/myfile/S-Al-Furqon/Al_Furqon_25_34.htm

0 Response to "AL-QURAN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel