HAKIKAT, PRINSIP PENGENALAN DAN POSISI FONEM DALAM PERSUKUAN FONOKTATIF BAHASA INDONESIA
HAKIKAT, PRINSIP PENGENALAN DAN POSISI FONEM DALAM PERSUKUAN FONOKTATIF BAHASA INDONESIA
Diajukan Untuk Mata Kuliah
Fonologi Bahasa Indonesia
Disusun Oleh:
Syamsul Faqih 40418025
UNIVERSITAS PERADABAN
PROGRAM STUDI BAHASA INDONESIA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................2
DAFTAR ISI ...................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................4
1. Latar belakang masalah ................................................................................4
2. Rumusan Masalah ............................................................. .................4
3. Tujuan Penulisan ................................................................... ...........4.
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................5
1. Vokal bahasa indonesia .............................................................................5
2. Segitiga vokal bahasa indonesia .................................................................5
3. Vokal berdasar bagian lidah .........................................................................5.
4. Vokal berdasar gerak bibir ..........................................................................6
5. Vokal berdasar bentuk bibir .........................................................................6
6. Ciri distingtif vokal .............................................................................6
BAB III : PENUTUP .............................................................................11
SIMPULAN .............................................................................11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................12
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar belakang masalah
Ketika kita mendengar orang berbicara, maka kita akan dengar runtutan bunyi bahasa. Runtutan bunyi bahasa ini dapat dianalisis dan disegmentasikan berdasarkan tingkatan-tingkatan kesatuannya yang ditandai dengan hentian-hentian atau jeda yang terdapat dalam runtutan bunyi tersebut. Bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa disebutfonologi. Adapun satuan bunyi yang menjadi objek studinya yaitu fonetik danfonemik. Dalam hal mengeluarkan, menghasilkan, atau mengucapkan bunyi, tentu saja melalui proses. Kita perlu mengetahui bagaimana proses pengeluaran bunyi-bunyi bahasa dan organ-organ apa saja yang berperan dalam proses tersebut.
Jika diperhatikan bunyi-bunyi yang terdapat pada kata-kata [intan], [angin], dan [batik] tidak sama. Ketidaksamaan bunyi pada deretan kata-kata itulah sebagai salah satu objek atau sasaran studi fonologi khususnya cabang ilmu fonetik. Dalam kajiannya, fonetik berusaha mendeskripsikan perbedaan bunyi-bunyi itu serta menjelaskan sebab-sebabnya. Dalam makalah ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai kajian-kajian fonetik tersebut.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan di atas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembentukan bunyi dalam bahasa Indonesia?
2. Bagaimana klasifikasi dan deskripsi bunyi segmental bahasa Indonesia?
3. Bagaimana penggunaan bunyi diftong dalam bahasa Indonesia?
3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai
pada penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Mengetahui proses pembentukan bunyi dalam bahasa Indonesia.
2. Mengetahui klasifikasi dan deskripsi bunyi segmental bahasa Indonesia.
3. Mengetahui penggunaan bunyi diftong dalam bahasa Indonesia.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Vokal Bahasa Indonesia
Pengertian Vokal
Proses terjadinya bunyi tanpa terjadinya hambatan pada alat bicara, jadi tidak ada artikulasi.
Hambatan untuk bunyi vokal hanya pada pita suara. Hambatan yang hanya terjadi pada pita suara tidak lazim disebut artikulasi, karena vokal dihasilkan dengan hambatan pita suara maka pita suara bergetar. Glotid dalam keadaan tertutup, tetapi tidak rapat sekali.
Vokal (i) diucapkan dengan meninggikan lidah depan setinggi mungkin tanpa menyebabkan terjadinya konsonan geseran. Vokal (a) diucapkan dengan merendahkan lidah depan (ujung lidah) serendah mungkin. Vokal (o) diucapkan dengan merendahkan pangkal lidah sebawah mungkin. Vokal (u) diucapkan dengan menaikkan pangkal lidah setinggi mungkin. Vokal (e) diucapkan dengan lidah depan terletak diantara (i) dan (a).
2. Segitiga Vokal
Berdasarkan Lidah yang bergerak vocal dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
a. Vokal depan, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan peranan turun naiknya lidah bagian depan. Misalnya: [I, e ,a].
b. Vokal tengah, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan peranan lidah bagian tengah.
c. Vokal belakang, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan peranan turun naiknya lidah bagian belakang. Misalnya (u, o).
3. Vokal berdasar bagian lidah
Vokal adalah jenis bunyi bahasa yang ketika dihasilkan atau diproduksi, setelah arus ujar ke luar dari glotis tidak mendapat hambatan dari alat ucap, melainkan hanya diganggu oleh posisi lidah, baik vertikal maupun horisontal, dan bentuk mulut.
1. Tinggi rendahnya posisi lidah
Berdasarkan tinggi rendahnya posisi lidah bunyi-bunyi vokal dapat dibedakan atas:
a. Vokal tinggi atas, seperti bunyi [i] dan [u]
b. Vokal tinggi bawah, seperti bunyi [I] dan [U]
c. Vokal sedang atas, seperti bunyi [e] dan [o]
d. Vokal sedang bawah, seperti bunyi [ɛ] dan [ɔ]
e. Vokal sedang tengah, seperti bunyi [ə]
f. Vokal rendah, seperti bunyi [a]
2. Maju mundurnya lidah
Berdasarkan maju mundurnya lidah bunyi vokal dapat dibedakan atas :
a. Vokal depan, seperti bunyi [i], [e], dan [a]
b. Vokal tengah, seperti bunyi [ə]
c. Vokal belakang, seperti bunyi [u] dan [o]
4. Vokal berdasar gerak lidah
Struktur pada bunyi vokal adalah jarak antara lidah dengan langit-langit keras (palatum). Maka, berdasarkan strikturnya bunyi vokal dapat dibedakan menjadi :
a. Vokal tertutup, yang terjadi apabila lidah diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit, seperti bunyi [i] dan bunyi [u]
b. Vokal semi tertutup, yang terjadi apabila lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di bawah vokal tertutup, seperti bunyi [e], bunyi [ə], dan bunyi [o].
c. Vokal semi terbuka, yang terjadi apabila lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di atas vokal yang paling rendah, seperti bunyi [ɛ] dan [ɔ]
d. Vokal terbuka, yang terjadi apabila lidah berada dalam posisi serendah mungkin, seperti bunyi [a]
5. Vokal berdasar bentuk bibir
Berdasarkan bentuk mulut sewaktu bunyi vokal itu diproduksi dapat dibedakan :
a. Vokal bundar, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut membundar. Dalam hal ini ada yang bundar terbuka seperti bunyi [ɔ], dan yang bunda tertutup seperti bunyi [o] dan bunyi [u]
b. Vokal tak bundar, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut tidak membundar, melainkan terbentang melebar, seperti bunyi [i], bunyi [e], dan bunyi [ɛ]
c. Vokal netral, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut tidak bundar dan tidak melebar, seperti bunyi [a]
Berdasarkan keempat kriteria yang dibicarakan tersebut, maka nama-nama vokal dapat disebutkan sebagai berikut :
VOKAL KRITERIA CONTOH KATA
[i] Vokal depan, tinggi (atas), tak bundar, tertutup. <ini>;[i-ni], <ibu>;[i-bu], <cari>;[ca-ri], <lari>;[la-ri]
[ I ] Vokal depan, tinggi (bawah), tak bundar, tertutup. <pinggir>;[pIng-gIr], <adik>;[a-dI?]
[u] Vokal belakang, tinggi (atas), bundar, tertutup. <udara>;[u-da-ra], <utara>;[u-ta-ra]
[U] Vokal belakang, tinggi (bawah), bundar, tertutup. <ukur>;[u-kUr], <urus>;[u-rUs], <turun>;[tu-rUn]
[e] Vokal depan, sedang (atas), tak bundar, semi tertutup. <ekor> ; [e-kor]
[ɛ] Vokal depan, sedang (bawah), tak bundar, semi terbuka. <nenek>;[ne-nɛ?], <dendeng> ; [dɛn-dɛŋ]
[ə] Vokal tengah, sedang, tak bundar, semi tertutup. <elang>;[ə-laŋ], <emas>;[ə-mas]
[o] Vokal belakang, sedang (atas), bundar, semi tertutup. <toko>;[to-ko]
[ɔ] Vokal belakang, sedang (bawah), bundar, semi terbuka. <tokoh>;[to-kɔh]
[a] Vokal belakang, rendah, netral, terbuka <cari> ; [ca-ri]
6.Ciri distingtif Vokal
Ciri distingtif adalah ciri khas suatu bahasa karena setiap bahasa memiliki susunan fonem yang juga khas. Teori ciri distingtif bertujuan untuk menemukan ciri-ciri minimal yang dapat digunakan untuk membedakan bunyi-bunyi bahasa yang signifikan dan dapat membedakan sebuah bahasa dari yang lain. Pengelompokan ciri distingtif dibagi menjadi tiga yaitu ciri utama, ciri berdasarkan tempat artikulasi dan ciri berdasarkan cara artikulasi.
A. Ciri utama
Konsonantal [kons] adalah bunyi yang ditandai dengan penyempitan dan penutupan pita suara pada waktu kita mengucapkan bunyi bahasa.
[+kons] yaitu bunyi obstruen-hambat, frikatif, dan afrikat, nasal dan alir
[-kons] yaitu bunyi vokal, semivokal, hambat glotal[?], frikatif glotal[h]
Silabik [sil] adalah bunyi yang berfungsi sebagai inti suku kata.
[+sil] yaitu bunyi vokal, nasal, dan alir yang berfungsi sebagai inti suku kata
[-sil] yaitu semua konsonan, nasal, dan alir yang tidak berfungsi sebagai inti suku kata
Sonoran [son] adalah bunyi yang ditandai dengan terbukanya pita suara sehingga bunyi yang dihasilkan dapat dilagukan pada titinada tertentu.
[+son] yaitu bunyi vokal, semivokal, alir, dan nasal
[-son] yaitu bunyi obstruen
Nasal [nasal] adalah bunyi yang ditandai dengan ditariknya langit-langit lunak kebawah dan menyentuh bagian bawah belakang lidah sehingga aliran udara berhembus melewati hidung.
[+nasal] yaitu konsonan, vokal, semivokal, alir yang disengaukan
[-nasal] yaitu bunyi oral
B. Ciri berdasarkan tempat artikulasi
Koronal [kor] adalah bunyi yang ditandai dengan posisi glotis menyempit sehingga udara yang lewat menyebabkan pita suara bergetar, langit-langit lunak terangkat, posisi lidah bagian depan terangkat sampai berada di posisi netral.
[+kor] yaitu bunyi dental, alveolar, palato alveolar, palatal
[-kor] yaitu bunyi labial, velar, uvular, faringal
Anterior [ant] adalah bunyi yang dihasilkan dengan pusat penyempitan sebagai sumber bunyi berada di sebelah depan pangkal gusi.
[+ant] yaitu bunyi labial, dental, alveolar
[-ant] yaitu bunyi palato alveolar, palatal, velar, uvular, faringal
High [high] adalah bunyi yang dihasilkan dengan badan lidah terangkat sampai dengan posisi netral.
[+high] yaitu bunyi palatal, velar, vokal atas
[-high] yaitu bunyi labial, dental, uvular, faringal, vokal tengah, vokal bawah
Low [low] adalah bunyi yang dihasilkan dengan badan lidah ditarik ke sebelah bawah sampai kira-kira sejajar dengan anak tekak.
[+low] yaitu bunyi faringal, vokal bawah
[-low] yaitu bunyi labial, dental, palatal, velar, uvular, vokal atas
Back [back] adalah bunyi yang ditandai dengan ditariknya badan lidah ke belakang sampai mencapai rongga kerongkongan atau sampai batas bunyi palatal.
[+back] yaitu bunyi velar, uvular, faringal, vokal belakang
[-back] yaitu bunyi labial, dental, palatal, vokal depan
C. Ciri berdasarkan cara artikulasi
Kontinuan [kont] adalah bunyi ang dihasilkan denan mengalirkan udara ke rongga mulut dengan bebas.
[+kont] yaitu bunyi frikatif, trill, vokal, semivokal
[-kont] yaitu bunyi hambat, nasal, lateral
Delayed-Release [delrel] adalah bunyi yang dihasilkan dengan penghambatan di dalam rongga mulut dan kemudian dilepaskan.
[+delrel] yaitu bunyi afrikat
[-delrel] yaitu bunyi selain bunyi afrikat, terutama bunyi hambat
Strident [strid] adalah bunyi yang ditandai dengan pelepasan bunyi dalam intensitas yang tinggi, yakni bunyi frikat dan bunyi afrikat.
[+strid] yaitu bunyi sibilan dalam bahasa inggris dan bunyi [f v]
[-strid] yaitu bunyi selain di atas, terutama untuk membedakan bunyi [q o] dalam bahasa inggris
Voice [voice] adalah bunyi yang dihasilkan dengan menggetarkan pita suara.
[+voice] yaitu bunyi bersuara
[-voice] yaitu bunyi nirsuara
Aspirasi [asp] adalah bunyi yang membedaan bunyi yang beraspirasi dan yang tidak beraspirasi.
[+asp] yaitu bunyi [p t k ]
[-asp] yaitu selain bunyi diatas
Lateral [lat] adalah bunyi yang membedakan antara bunyi lateral alir [l] dan nonlateral [r].
[+lat] yaitu bunyi [l] dalam bahasa inggris
[-lat] yaitu bunyi lainnya, terutama [r]
D. Ciri distingtif untuk vokal
Round [round] adalah bunyi yang dihasilkan dengan membentuk bibir agak melingkar.
[+round] yaitu bunyi [u o]
[-round] yaiut voksl lain, selain bunyi diatas
Tense [tense] adalah bunyi yang diperoleh dengan sedikit penekanan pada vokal sehingga bunyi yang dihasilkan agak panjang.
[+tense] yaitu bunyi [i e u]
[-tense] yaitu selain bunyi di atas
Reduced [red] adalah ciri disingtif ang membedakan voka schwa dari yang lainnya, terutama dengan [^] dalam bahasa inggris.
[+red] yaitu bunyi schwa [ ]
[-red] yaitu vokal lainnya
Grave [grave] adalah bunyi yang ditandai dengan pengaruh sebagian spektrum bunyi tertentu terhadap yang lainnya.
[+grave] yaitu bunyi labial, velar, vokal belakang bulat
[-grave] yaitu bunyi dental, alveolar, palatal, vokal depan
Contoh : ciri distingtif yang terdapat pada kata PALU
P A L U
Kons + - + -
Sil - + - +
Son - + + +
Nasal - +/- - +/-
Kor - - + -
Ant + + + +
High - - - +
Low - + - -
Back - + - +
Kont - + + +
Delrel - - - -
Strid - - - -
Voice - + + +
Asp - - - -
Lat - - + -
Round - - - +
Tense - - - +
Red - - - -
Grave - - - +
BAB 111
PENUTUP
KESIMPULAN
Proses pembentukan bunyi bahasa dimulai dengan memanfaatkan pernapasan sebagai sumber tenaganya. Pada saat kita mengeluarkan napas, paru-paru kita menghembuskan tenaga yang berupa arus udara. Setelah melewati rongga faring, arus udara mengalir ke bagian atas tenggorokan. Bunyi tersebut akan keluar melalui rongga mulut dan/atau rongga hdung. Macam bunyi bahasa yang kita hasilkan juga dipengaruhi oleh ada tidaknya hambatan dalam proses pembuatannya.
Klasifikasi bunyi segmental didasarkan berbagai macam kriteria, yaitu ada tidaknya gangguan, mekanisme udara, arah udara, pita suara, lubang lewatan udara, mekanisme artikulasi, cara gangguan, tinggi rendahnya lidah, maju mundurnya lidah, bentuk bibir. Bunyi segmental, baik vokoid maupun kontoid, yang diucapkan oleh penutur bahasa Indonesia sangat variatif, apalagi setelah diterapkan dalam berbagai distribusi dan lingkungan.
Diftong atau vokoid rangkap berhubungan dengan sonoritas atau tingkat kenyaringan suatu bunyi. Ketika dua deret bunyi vokoid diucapkan dengan satu hembusan udara, akan terjadi ketidaksamaan sonoritasnya. Dalam bahasa Indonesia hanya ada diftong naik. Diftong naik terjadi jika vokal yang kedua diucapkan dengan posisi lidah menjadi lebih tinggi daripada yang pertama.
Distingtif adalah salah satu asas dalam fonologi. Ciri distingtif bertujuan untuk menemukan ciri-ciri minimal yang dapat membedakan satu bahasa dengan yang lain. Ciri distingtif dikelompokkan menjadi ciri utama, ciri berdasarkan tempat artikulasi dan ciri berdasarkan cara artikulasi. Setiap ciri distingtif diberikan kepada bunyi-bunyi yang berada dalam kelompok bunyi yang sama, jadi tidak perlu menggunakan semua ciri distingtif dalam menemukan ciri minimal suatu bahasa.
DAFTAR PUSTAKA
• Chaer, Abdul.2009.fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Mantuk bosssss ku
ReplyDelete